Tanah Persawahan Membutuhkan Tenaga Ahli
oleh : Muh Hasyim
Pengertian Sawah
Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice).
Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung di Jawa dan Bali.
Sebuah studi yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America menemukan bahwa semua jenis padi yang dibudidayakan saat ini, baik dari spesies indica maupun japonica, berasal dari satu spesies padi liar Oryza rufipogon yang ada pada tahun 8200 tahun hingga 13500 tahun yang lalu di China. Padi sawah dibudidayakan di berbagai negara seperti Bangladesh, China, Filipina, India, Indonesia, Iran, Jepang, Kamboja, Korea Selatan, Korea Utara, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Padi sawah juga ditanam di Eropa seperti di Piedmont (Italia) dan Camargue (Prancis).
Sawah merupakan salah satu sumber utama emisi metana atmosferik dan diperkirakan mengemisikan antara 50 hingga 100 juta ton gas metana per tahun. Sebuah studi menunjukan dengan mengeringkan sawah untuk sementara sambil mengaerasikan tanah bermanfaat untuk mengganggu emisi gas metana dan juga meningkatkan hasil padi.
Sejarah Sawah
Para pakar arkeologi sepakat bahwa pembudidayaan di lahan basah berawal di China. Bukti keberadaan sawah padi pertama ditemukan bertanggal 6280 tahun yang lalu berdasarkan penanggalan karbon dari biji padi dan materi organik tanah yang ditemukan di situs Chaodun di Kushan County. Di sebuah situs Neolitik di Caoxieshan, arkeologis melakukan penggalian dan menemukan sebuah lokasi yang dipercaya dulunya merupakan sawah. Diperkirakan situs di Caoxieshan bertanggal 4000 hingga 3000 SM. Selain itu, terdapat 10 lokasi arkeologi yang terkait dengan sawah di Korea. Dua diantaranya yang tertua berada di Okhyun dan Yaumdong, Ulsan, dibangun sejak Mumun pottery period. Terdapat bukti arkeologis pula bahwa beras (padi yang sudah dihilangkan sekamnya) disimpan untuk keperluan militer dan prosesi pemakaman sejak zaman Neolitik hingga Dinasti Han di China.
Ekosistem Sawah
Sawah sebagai ekosistem disebut oleh seorang ahli antropologi berkebangsaan Amerika Serikat, Geertz yakni sawah sangat stabil atau tahan lama. Sawah dapat terus menghasilkan panenan yang boleh dikatakan tidak berkurang dari tahun ke tahun, bahkan sering dua kali setahun. Peranan air di dalam ekosistem sawah sangat berpengaruh terhadap dinamika kehidupan sawah. Di sini, karakter tanah tropis yang tipis diatasi dengan memasukkan zat hara ke sawah dengan air irigasi untuk menggantikan zat makanan yang diambil dari tanah; penyerapan nitrogen oleh ganggang hijau-biru yang berkembang biak dalam air hangat; pembusukan kimiawi bakteri dari bahan organik, termasuk sisa-sisa tanaman yang sudah dituai tertinggal dalam air; pengisian udara pada tanah dengan gerakan air sawah yang perlahan; dan tentu saja dengan fungsi-fungsi ekologis lainnya yang dilaksanakan oleh irigasi masih belum diketahui.
Lebih lanjut, pada ekosistem sawah terdapat komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri atas faktor edafik atau kesuburan tanah yang dilihat dari parameter Kapasitas Pertukaran Kation (KTK), kandungan bahan organik tanah, kandungan N total, P tersedia, dan K tersedia dalam tanah; dan faktor hidrologik yang dilihat dari parameter kedalaman genangan air sawah. Sedangkan komponen biotik ekosistem sawah dilihat dari parameter keragaman hayati, populasi hama dan musuh alaminya, serta pola interaksi yang terjadi di antara tanaman dan serangga herbivora, serta antara serangga hama dan musuh alaminya.
Sejarah Sawah di Bali Indonesia
Merujuk buku Tugas-tugas Parajuru Subak yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, disebutkan Subak telah ada di Bali sejak 882 M. Dalam Prasasti Sukawana terdapat kata ‘huma’ yang berarti sawah dan ‘parlak’ yang berarti tegalan atau ladang. Prasasti Bebetin dibuat 896 M juga memuat hal serupa. Inskripsi ini mencantumkan istilah ‘undagi pengarung’, yang artinya ialah tukang membuat terowongan air.
Masih dari kisaran abad ke-9, dalam Prasasti Turunyan ditemui kata “ser-danu” yang diduga berarti Kapala Urusan air danau. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘ser’ inilah kemudian menjadi pekaseh, yaitu orang yang bertugas mengatur air dalam sistem Subak.
Sedangkan dari abad ke 11, Prasasti Batuan yang dibuat pada 1023 M telah disebut kata ‘sawah’. Kata ‘sawah’ juga tercantum pada Prasasti Tengkulak yang dibuat 1023 M, yaitu masa kekuasaan Sri Dharma Wangsa (1022 -1048) memerintah Bali. Di masa ini diduga sistem pengairan telah diatur dengan baik berdasarkan asas kebersamaan dan keadilan.
Pun bisa disimak Prasasti Pandak Badung, 1072 M. Kata subak berasal dari kata ‘suwak’, sedangkan wilayah Subak sendiri di masa lalu disebut ‘kasuwakan’. Dalam Prasasti Badung ini, untuk pertama kalinya muncul kata ‘kasuwakan’. Istilah ini pada perkembangannya kemudian berubah pelafalan jadi ‘kasubakan’ atau ‘subak’.
Sementara itu, UNESCO mendalilkan, sistem Subak di Bali ini berasal dari abad ke-10. Lanskap Subak Catur Angga Batukaru yang berlokasi di Desa Jatiluwih, yang pernah dikunjungi mantan Presiden AS itu, seturut pendapat UNESCO telah disebutkan dalam sebuah inskripsi prasasti yang berasal dari era tersebut.
Tenaga Ahli dan Langkah Mengolah Sawah
Petani merupakan profesi yang ada di sektor pertanian. Seorang petani bekerja mengelola tanah dengan menanam tanaman padi, buah-buahan, sayur-mayur, bunga, ataupun komoditi lainnya. Hasil panennya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para petani, bisa juga dijual pada orang lain. Seorang petani profesional selalu berusaha mengembangkan berbagai macam teknik pertanian untuk diimplementasikan dalam upaya meningkatkan produk tani yang lebih tinggi.
Banyak keahlian yang dituntut untuk dimiliki oleh seorang petani, seperti kemampuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pertanian yang muncul. Selain itu, demi menjaga hasil panennya sukses, petani juga dituntut mampu melakukan efisiensi penggunaan peralatan dan mesin, memahami hal-hal terkait isu lingkungan, serta berupaya menjaga agar tingkat produksi berjalan dengan optimal.
Padi adalah tanaman yang tangguh dan dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah. Selama teririgasi dengan cukup (baik dengan irigasi atau curah hujan), padi bisa tumbuh baik di lahan basah atau kering. Namun, karena kita mengharapkan hasil yang baik dari sawah, kita harus mempersiapkan lahan, sehingga dapat menyambut baik tanaman padi muda (metode transplantasi) atau benih pra-kecambah dan yang diinkubasi (metode pembenihan langsung).
Pertama-tama, sawah harus dibersihkan dari gulma dan material yang tidak diinginkan. Banyak petani padi membajak dan mengolah sawah, untuk mencapai pembalikan tanah. Selain itu, dalam beberapa kasus, baru membantu mereka memecahkan gumpalan tanah, juga dikenal sebagai gumpalan, menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Perataan Lahan menggunakan Sinar Laser juga sangat umum di kalangan petani padi komersial.
Perlu diingat bahwa setiap lahan itu berbeda dan memiliki kebutuhan yang berbeda. Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli agronomi lokal berlisensi untuk membentuk rencana persiapan lahan yang rasional.
Ada dua jenis utama persiapan lahan, yaitu persiapan lahan basah dan persiapan lahan kering.
1. Persiapan Lahan Basah
Persiapan lahan basah adalah pilihan untuk lahan dataran tinggi dan dataran rendah. Metode ini membutuhkan sejumlah besar air untuk menyiapkan lahan untuk penanaman dalam waktu dekat. Dengan metode ini, lahan cukup digarap dalam kondisi tergenang air. Kita bisa mempertimbangkan langkah-langkah berikut untuk menyiapkan sawahnya.
Langkah 1: Konstruksi atau perbaikan tanggul. Secara umum, tanggul membantu lahan menampung air dari hujan. Kita dapat membangun tanggul 19×12 inci (50x30cm) di sekeliling lahan. Banyak petani padi melaporkan bahwa setiap saluran memiliki tinggi 1,1-1,9 inci (3-5cm). Tujuannya adalah untuk memastikan ketersediaan air selama periode hujan.
Langkah 2: Irigasi sawah. Setelah pembangunan saluran air, banyak petani padi mengairi sawah setidaknya selama seminggu. Ini membantu tanah menjadi halus, lunak dan siap untuk dibajak.
Langkah 3: Prosedur pengolahan. Kita bisa melakukan pengolahan tanah setelah tanah diairi dengan memadai. Ketika tanah sudah cukup basah, kemungkinan tanahnya siap untuk dibajak.
Langkah 4: Membanjiri Sawah. Setelah membajak, petani padi sering membanjiri sawah selama sekitar 2 minggu.
Langkah 5: Prosedur pengolahan lahan sekunder. Langkah ini sering dilakukan setidaknya 10 hari setelah pengolahan pertama. Ini melibatkan melumpurkan dan penggaruan sawah. Melumpurkan sawah dapat dilakukan dengan rotavator dan mesin bajak. Tanah menjadi berlumpur. Pelestarian dan ketersediaan nutrisi tanah biasanya dapat dicapai dengan metode ini. Kemudian, kita dapat menggaru sawah 2-3 kali dalam rentang waktu 5-7 hari.
Langkah 6: Perataan sawah. Langkah terakhir dalam persiapan lahan basah terjadi dua hari sebelum penanaman. Traktor atau hewan dapat membantu prosedur ini. Papan kayu yang melekat pada mereka akan melintasi seluruh lahan dan meratakannya. Permukaan tanah yang rata sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang tepat.
2. Persiapan Lahan Kering
Persiapan lahan kering adalah pilihan untuk ladang dataran rendah dan dataran tinggi. Persiapan semacam ini membutuhkan lebih sedikit air. Kita bisa memperhitungkan langkah-langkah berikut untuk menyiapkan sawah.
Langkah 1: Konstruksi tanggul. Seperti yang disebutkan sebelumnya, tanggul membantu ladang menampung air dari hujan. Kita dapat membangun tanggul 19×12 inci (50x30cm) di sekitar lahan. Setiap saluran biasanya memiliki ketinggian 1,1-1,9 inci (3-5cm). Tujuannya di sini adalah untuk memastikan ketersediaan air selama periode hujan.
Langkah 2: Prosedur pengolahan tanah. Kita dapat melakukan pengolahan tanah setelah tanah diairi dengan baik.
Langkah 3: Prosedur pengolahan tanah sekunder. Petani sering menggaru dan menggarap sawah dengan rototiller.
Langkah 4: Perataan sawah. Dalam persiapan lahan kering, kita memiliki sedikit air di sawah. Dalam hal ini, kita biasanya tidak harus menggunakan papan kayu untuk meratakannya. Perataan Lahan menggunakan Sinar Laser biasanya digunakan dalam kasus ini. Permukaan tanah yang rata sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang baik.
Langkah 5: Kontrol gulma. Cara umum untuk mencegah pertumbuhan gulma adalah membiarkannya tumbuh setidaknya selama dua minggu. Setelah kemunculan mereka, petani sering menggunakan herbisida (selalu bertanya pada ahli agronomi berlisensi sebelum menggunakan produk perlindungan tanaman). Kita harus sangat berhati-hati tentang potensi efek herbisida.
Penyuluhan dan pelatihan pertanian dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan para petani. Baik itu dari segi pengetahuan, keterampilan, hingga pengelolaan pertanian. Pelatihan pertanian terbagi menjadi beberapa jenis. Untuk jenis pelatihan petani yang paling dibutuhkan oleh para petani, di antaranya sebagai berikut.