Senin, 17 Agustus 2020

Pengetahuan Bahasa

 

Tanah Persawahan Membutuhkan Tenaga Ahli

(sebelum menulis surat lamaran pekerjaan tentang sawah, baca dengan cermat teks berikut ini!) 

oleh : Muh Hasyim


Pengertian Sawah

Sawah adalah  tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata airsungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice).

Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung di Jawa dan Bali.

Sebuah studi yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America menemukan bahwa semua jenis padi yang dibudidayakan saat ini, baik dari spesies indica maupun japonica, berasal dari satu spesies padi liar Oryza rufipogon yang ada pada tahun 8200 tahun hingga 13500 tahun yang lalu di China. Padi sawah dibudidayakan di berbagai negara seperti BangladeshChinaFilipinaIndiaIndonesiaIranJepangKambojaKorea SelatanKorea UtaraLaosMalaysiaMyanmarNepalPakistanSri LankaTaiwanThailand, dan Vietnam. Padi sawah juga ditanam di Eropa seperti di Piedmont (Italia) dan Camargue (Prancis).

Sawah merupakan salah satu sumber utama emisi metana atmosferik dan diperkirakan mengemisikan antara 50 hingga 100 juta ton gas metana per tahun. Sebuah studi menunjukan dengan mengeringkan sawah untuk sementara sambil mengaerasikan tanah bermanfaat untuk mengganggu emisi gas metana dan juga meningkatkan hasil padi.

Sejarah Sawah

Para pakar arkeologi sepakat bahwa pembudidayaan di lahan basah berawal di China. Bukti keberadaan sawah padi pertama ditemukan bertanggal 6280 tahun yang lalu berdasarkan penanggalan karbon dari biji padi dan materi organik tanah yang ditemukan di situs Chaodun di Kushan County. Di sebuah situs Neolitik di Caoxieshan, arkeologis melakukan penggalian dan menemukan sebuah lokasi yang dipercaya dulunya merupakan sawah. Diperkirakan situs di Caoxieshan bertanggal 4000 hingga 3000 SM. Selain itu, terdapat 10 lokasi arkeologi yang terkait dengan sawah di Korea. Dua diantaranya yang tertua berada di Okhyun dan Yaumdong, Ulsan, dibangun sejak Mumun pottery period. Terdapat bukti arkeologis pula bahwa beras (padi yang sudah dihilangkan sekamnya) disimpan untuk keperluan militer dan prosesi pemakaman sejak zaman Neolitik hingga Dinasti Han di China.

Ekosistem Sawah

Sawah sebagai ekosistem disebut oleh seorang ahli antropologi berkebangsaan Amerika SerikatGeertz yakni sawah sangat stabil atau tahan lama. Sawah dapat terus menghasilkan panenan yang boleh dikatakan tidak berkurang dari tahun ke tahun, bahkan sering dua kali setahun. Peranan air di dalam ekosistem sawah sangat berpengaruh terhadap dinamika kehidupan sawah. Di sini, karakter tanah tropis yang tipis diatasi dengan memasukkan zat hara ke sawah dengan air irigasi untuk menggantikan zat makanan yang diambil dari tanah; penyerapan nitrogen oleh ganggang hijau-biru yang berkembang biak dalam air hangat; pembusukan kimiawi bakteri dari bahan organik, termasuk sisa-sisa tanaman yang sudah dituai tertinggal dalam air; pengisian udara pada tanah dengan gerakan air sawah yang perlahan; dan tentu saja dengan fungsi-fungsi ekologis lainnya yang dilaksanakan oleh irigasi masih belum diketahui.

Lebih lanjut, pada ekosistem sawah terdapat komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri atas faktor edafik atau kesuburan tanah yang dilihat dari parameter Kapasitas Pertukaran Kation (KTK), kandungan bahan organik tanah, kandungan N total, P tersedia, dan K tersedia dalam tanah; dan faktor hidrologik yang dilihat dari parameter kedalaman genangan air sawah. Sedangkan komponen biotik ekosistem sawah dilihat dari parameter keragaman hayati, populasi hama dan musuh alaminya, serta pola interaksi yang terjadi di antara tanaman dan serangga herbivora, serta antara serangga hama dan musuh alaminya. 

Sejarah  Sawah di Bali Indonesia

Merujuk buku Tugas-tugas Parajuru Subak yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, disebutkan Subak telah ada di Bali sejak 882 M. Dalam Prasasti Sukawana terdapat kata ‘huma’ yang berarti sawah dan ‘parlak’ yang berarti tegalan atau ladang. Prasasti Bebetin dibuat 896 M juga memuat hal serupa. Inskripsi ini mencantumkan istilah ‘undagi pengarung’, yang artinya ialah tukang membuat terowongan air.

Masih dari kisaran abad ke-9, dalam Prasasti Turunyan ditemui kata “ser-danu” yang diduga berarti Kapala Urusan air danau. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘ser’ inilah kemudian menjadi pekaseh, yaitu orang yang bertugas mengatur air dalam sistem Subak.

Sedangkan dari abad ke 11, Prasasti Batuan yang dibuat pada 1023 M telah disebut kata ‘sawah’. Kata ‘sawah’ juga tercantum pada Prasasti Tengkulak yang dibuat 1023 M, yaitu masa kekuasaan Sri Dharma Wangsa (1022 -1048) memerintah Bali. Di masa ini diduga sistem pengairan telah diatur dengan baik berdasarkan asas kebersamaan dan keadilan.

Pun bisa disimak Prasasti Pandak Badung, 1072 M. Kata subak berasal dari kata ‘suwak’, sedangkan wilayah Subak sendiri di masa lalu disebut ‘kasuwakan’. Dalam Prasasti Badung ini, untuk pertama kalinya muncul kata ‘kasuwakan’. Istilah ini pada perkembangannya kemudian berubah pelafalan jadi ‘kasubakan’ atau ‘subak’.

Sementara itu, UNESCO mendalilkan, sistem Subak di Bali ini berasal dari abad ke-10. Lanskap Subak Catur Angga Batukaru yang berlokasi di Desa Jatiluwih, yang pernah dikunjungi mantan Presiden AS itu, seturut pendapat UNESCO telah disebutkan dalam sebuah inskripsi prasasti yang berasal dari era tersebut.


Tenaga Ahli dan Langkah Mengolah Sawah

Petani merupakan profesi yang ada di sektor pertanian. Seorang petani bekerja mengelola tanah dengan menanam tanaman padi, buah-buahan, sayur-mayur, bunga, ataupun komoditi lainnya. Hasil panennya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para petani, bisa juga dijual pada orang lain. Seorang petani profesional selalu berusaha mengembangkan berbagai macam teknik pertanian untuk diimplementasikan dalam upaya meningkatkan produk tani yang lebih tinggi.

Banyak keahlian yang dituntut untuk dimiliki oleh seorang petani, seperti kemampuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pertanian yang muncul. Selain itu, demi menjaga hasil panennya sukses, petani juga dituntut mampu melakukan efisiensi penggunaan peralatan dan mesin, memahami hal-hal terkait isu lingkungan, serta berupaya menjaga agar tingkat produksi berjalan dengan optimal.

Padi adalah tanaman yang tangguh dan dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah. Selama teririgasi dengan cukup (baik dengan irigasi atau curah hujan), padi bisa tumbuh baik di lahan basah atau kering. Namun, karena kita mengharapkan hasil yang baik dari sawah, kita harus mempersiapkan lahan, sehingga dapat menyambut baik tanaman padi muda (metode transplantasi) atau benih pra-kecambah dan yang diinkubasi (metode pembenihan langsung).

Pertama-tama, sawah harus dibersihkan dari gulma dan material yang tidak diinginkan. Banyak petani padi membajak dan mengolah sawah, untuk mencapai pembalikan tanah. Selain itu, dalam beberapa kasus, baru membantu mereka memecahkan gumpalan tanah, juga dikenal sebagai gumpalan, menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Perataan Lahan menggunakan Sinar Laser juga sangat umum di kalangan petani padi komersial.

Perlu diingat bahwa setiap lahan itu berbeda dan memiliki kebutuhan yang berbeda. Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli agronomi lokal berlisensi untuk membentuk rencana persiapan lahan yang rasional.

Ada dua jenis utama persiapan lahan, yaitu persiapan lahan basah dan persiapan lahan kering.

1. Persiapan Lahan Basah

Persiapan lahan basah adalah pilihan untuk lahan dataran tinggi dan dataran rendah. Metode ini membutuhkan sejumlah besar air untuk menyiapkan lahan untuk penanaman dalam waktu dekat. Dengan metode ini, lahan cukup digarap dalam kondisi tergenang air. Kita bisa mempertimbangkan langkah-langkah berikut untuk menyiapkan sawahnya.

Langkah 1: Konstruksi atau perbaikan tanggul. Secara umum, tanggul membantu lahan menampung air dari hujan. Kita dapat membangun tanggul 19×12 inci (50x30cm) di sekeliling lahan. Banyak petani padi melaporkan bahwa setiap saluran memiliki tinggi 1,1-1,9 inci (3-5cm). Tujuannya adalah untuk memastikan ketersediaan air selama periode hujan.

Langkah 2: Irigasi sawah. Setelah pembangunan saluran air, banyak petani padi mengairi sawah setidaknya selama seminggu. Ini membantu tanah menjadi halus, lunak dan siap untuk dibajak.

Langkah 3: Prosedur pengolahan. Kita bisa melakukan pengolahan tanah setelah tanah diairi dengan memadai. Ketika tanah sudah cukup basah, kemungkinan tanahnya siap untuk dibajak.

Langkah 4: Membanjiri Sawah. Setelah membajak, petani padi sering membanjiri sawah selama sekitar 2 minggu.

Langkah 5: Prosedur pengolahan lahan sekunder. Langkah ini sering dilakukan setidaknya 10 hari setelah pengolahan pertama. Ini melibatkan melumpurkan dan penggaruan sawah. Melumpurkan sawah dapat dilakukan dengan rotavator dan mesin bajak. Tanah menjadi berlumpur. Pelestarian dan ketersediaan nutrisi tanah biasanya dapat dicapai dengan metode ini. Kemudian, kita dapat menggaru sawah 2-3 kali dalam rentang waktu 5-7 hari.

Langkah 6: Perataan sawah. Langkah terakhir dalam persiapan lahan basah terjadi dua hari sebelum penanaman. Traktor atau hewan dapat membantu prosedur ini. Papan kayu yang melekat pada mereka akan melintasi seluruh lahan dan meratakannya. Permukaan tanah yang rata sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang tepat.

2. Persiapan Lahan Kering

Persiapan lahan kering adalah pilihan untuk ladang dataran rendah dan dataran tinggi. Persiapan semacam ini membutuhkan lebih sedikit air. Kita bisa memperhitungkan langkah-langkah berikut untuk menyiapkan sawah.

Langkah 1: Konstruksi tanggul. Seperti yang disebutkan sebelumnya, tanggul membantu ladang menampung air dari hujan. Kita dapat membangun tanggul 19×12 inci (50x30cm) di sekitar lahan. Setiap saluran biasanya memiliki ketinggian 1,1-1,9 inci (3-5cm). Tujuannya di sini adalah untuk memastikan ketersediaan air selama periode hujan.

Langkah 2: Prosedur pengolahan tanah. Kita dapat melakukan pengolahan tanah setelah tanah diairi dengan baik.

Langkah 3: Prosedur pengolahan tanah sekunder. Petani sering menggaru dan menggarap sawah dengan rototiller.

Langkah 4: Perataan sawah. Dalam persiapan lahan kering, kita memiliki sedikit air di sawah. Dalam hal ini, kita biasanya tidak harus menggunakan papan kayu untuk meratakannya. Perataan Lahan menggunakan Sinar Laser biasanya digunakan dalam kasus ini. Permukaan tanah yang rata sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang baik.

Langkah 5: Kontrol gulma. Cara umum untuk mencegah pertumbuhan gulma adalah membiarkannya tumbuh setidaknya selama dua minggu. Setelah kemunculan mereka, petani sering menggunakan herbisida (selalu bertanya pada ahli agronomi berlisensi sebelum menggunakan produk perlindungan tanaman). Kita harus sangat berhati-hati tentang potensi efek herbisida.

Penyuluhan dan pelatihan pertanian dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan para petani. Baik itu dari segi pengetahuan, keterampilan, hingga pengelolaan pertanian. Pelatihan pertanian terbagi menjadi beberapa jenis. Untuk jenis pelatihan petani yang paling dibutuhkan oleh para petani, di antaranya sebagai berikut.

    1. PemanfaatanTeknologi Digital
    Era teknologi digital memang membawa perubahan yang sangat signifikan di berbagai sektor, termasuk pula pada sektor pertanian. Sebenarnya, para petani sangat diuntungkan dengan adanya teknologi digital seperti saat ini. Oleh karena itulah, pemanfaatan mengenai teknologi digital untuk pertanian perlu digalakkan di berbagai tempat di Indonesia.
    Para stakeholder, khususnya Kementerian Pertanian, bisa menggandeng startup untuk melakukan pelatihan ini. Pelatihan petani untuk memanfaatkan teknologi digital diharapkan mampu meningkatkan daya saing sektor pertanian terhadap sektor lainnya, seperti sektor industri. Misalnya saja, melakukan pelatihan penggunaan aplikasi pertanian. Di sini, para petani tidak hanya mendapatkan informasi pertanian secara lengkap dan cepat, tetapi juga bisa melakukan penjualan produk secara langsung kepada pembeli. Dengan begitu, kesejahteraan petani semakin meningkat.
      2. Pelatihan penggunaan alat pertanian
      Selain teknologi digital, pelatihan petani yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menggunakan alat mesin pertanian. Sebab, perkembangan teknologi juga menyebabkan alat mesin pertanian semakin memiliki inovasi baru. Misalnya saja, mesin penanam padi, yang mungkin baru dikenal di Indonesia, mengingat masih banyak petani yang menggunakan cara tradisional saat menanam padi.
      Apabila hal tersebut tidak dibarengi dengan keterampilan petani, maka akan ada hambatan dalam pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan pelatihan alat mesin pertanian, perlu adanya pendampingan dari Kementerian Pertanian dan dinas terkait di daerah serta melibatkan petani.
      Para petani ini bisa diwakili oleh kelompok tani. Nantinya, kelompok tani yang sudah mendapatkan pelatihan penggunaan mesin pertanian baru tersebut dapat melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada kelompok tani lainnya.
      Diharapkan, pelatihan terkait peralatan mesin pertanian dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Tidak hanya itu saja, para petani juga dapat melakukan perawatan terhadap peralatan mesin pertanian tersebut agar bekerja dengan baik.
      Petani pun tidak lagi mengeluarkan banyak tenaga seperti yang dilakukan sebelumnya dengan cara tradisional. Dengan begitu, para petani dapat melakukan kegiatan produktif lainnya dan itu membantu meningkatkan taraf hidup petani.

      3. Pengelolaan hasil pertanian
      Pelatihan pertanian berikutnya yang juga dibutuhkan di kalangan petani adalah terkait pengelolaan hasil pertanian. Saat memasuki musim panen, tidak jarang para petani mengalami kesulitan memasarkan produk pertaniannya. Sebab, kehadiran para tengkulak dapat mempersulit kehidupan petani.
      Para tengkulak tersebut membeli produk pertanian langsung dari petani dengan harga murah dan menjual kembali di pasaran dengan harga tinggi. Alhasil, keuntungan yang diperoleh petani menurun.
      Melalui pelatihan pertanian pengelolaan hasil tani, nantinya, para petani juga dibekali dengan kemampuan manajemen produksi. Pelatihan juga dapat dikolaborasikan dengan pelatihan pemanfaatan teknologi digital. Dengan begitu, lewat aplikasi dan marketplace pertanian, para petani bisa memasarkan hasil taninya kepada pembeli langsung dengan harga bersaing dan memutus mata rantai para tengkulak.
      Di samping itu, pelatihan pengelolaan juga terkait bagaimana menciptakan produk baru dari hasil pertanian. Misalnya saja, pelatihan mengenai pengolahan produk pertanian menjadi produk makanan siap saji. Langkah ini untuk menciptakan diversifikasi produk hasil pertanian dan masyarakat lebih mudah mendapatkan produk dengan kualitas terbaik. Para petani juga mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
      Pelatihan pertanian tersebut memang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Baik itu pemerintah, sektor swasta, para petani, dan masyarakat luas. Jika pelatihan berjalan dengan baik dengan dukungan berbagai pihak maka bisa dipastikan Indonesia menjadi salah satu negara dengan manajemen pertanian terbaik di dunia di masa mendatang.

      Baca juga info berikut sebagai bekal penulisan surat lamaran kerja!

      RINCIAN FORMASI CPNS KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2019




      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar

      Pelajaran Bahasa Indonesia Bab 3

      5 Keistimewaan Umat Muslim

        5 Keistimewaan Umat Muslim oleh Muh. Hasyim Pada hakikatnya Allah swt menguji keimanan itu sendiri kepada setiap orang muslim agar mereka ...