Minggu, 20 September 2020

Pengetahuan Bahasa Indonesia

https://sinarharapan.net/wp-content/uploads/2018/09/beringin.jpg

BERINGIN SIMBOL KEKUASAAN SOEKARNO di ATAMBUA

Oleh : Muh Hasyim, S.Pd

Teks Cerita Sejarah Novel

Proklamator kemerdekaan yang juga presiden pertama RI, Ir. Soekarno mewariskan jejak bersejarah di Pulau Timor. Satu di antaranya  pohon beringin yang ditanam Bung Karno masih berdiri kokoh dan rimbun menaungi sisi timur lapangan umum kota Atambua hingga saat ini (20 September 2020).

Setelah pemilu pertama Indonesia 1955, antara tahun 1957-1958 Presiden Soekarno mengunjungi Atambua perbatasan wilayah kekuasaannya setelah Indonesia merdeka 1945 (Pulau Timor terbagi dua: Timor bagian Timur wilayah kekuasaan Portugis sedangkan Timor bagian Barat wilayah kekuasaan Belanda). Beliau bersama rombongan menumpang pesawat Amphibi Catalina mendarat di dermaga Atapupu selepas dari Jakarta. Setelah Beliau bersama rombongan diterima secara adat Belu, selanjutnya dengan kendaraan roda empat rombongan menuju Atambua. Sebelum menuju rumah jabatan Bupati kala itu, beilau bersama rombongan berhenti di Bukit Lidak memohon kekuatan alam. Setelah kunjungan dan Sebelum meninggalkan Belu, Soekarno bersama rombongan (tidak ditemukan data, siapa saja rombongan Soekarno saat itu) berkeliling hingga menemui Liurai Malaka, Lalu menuju lapangan Atambua berpidato dan menanam anakan pohon.

Sesepuh  masyarakat Belu, Jos Agustinus Diaz (84) (Camat pertama dan mantan ketua DPRD Belu) menuturkan bahwa kunjungan Presiden Soekarno ke Atambua  setelah pemilu 1955.  menumpang pesawat Amfibi Catalina. Soekarno disambut secara adat dengan bentangan kain adat Belu sepanjang garis pantai hingga ke mobil yang membawanya ke Kota Atambua. Hanya saja Soekarno menolak berjalan di atas kain adat sebagai bentuk penghormatan kepada adat dan budaya Belu (tidak ada sumber lain yang menceritakan kronologis penjemputan di Atapupu).

Menurut  cerita, sebelum Soekarno bersama rombongan tiba di rumah jabatan bupati Belu (A.A. Bere Talo bupati pertama Belu), mereka berhenti sejenak memohon kekuatan alam di bukit lidak (kelurahan Umanen saat ini 20 September 2020). Soekarno membawa batu dari lidak tanda kekuatan alam untuk memerintah Indonesia.

Tidak ada kisah dari Jos Agustinus jam berapa Soekarno dan rombongan tiba di rumah jabatan bupati. Selanjutnya sumber lain menyebutkan bahwa Soekarno bersama rombongan keliling sampai Malaka. Di Malaka Soekarno menemui Liurai Malaka.

Ada cerita lain menuturkan bahwa ketika Soekarno dan rombongan hendak menuju lapangan umum Atambua, rombongan dicegat sama warga Belu yaitu Keluarga Naibuti di depan Gereja Katedral Atambua. Tujuannya untuk menandu Soekarno menuju lapangan. Peristiwa itu membuat pengawal presiden kelabakan karena kurang koordinasi. Namun setelah dikoordinasikan bahwa presiden akan ditandu tokoh adat menuju lapangan, maka dibolehkan. Ada sekitar duabelas orang yang menandu Soekarno menuju lapangan

Selanjutnya Jos Dias "Setelah pidato, presiden langsung menanam beringin yang mungkin sudah disiapkan saat itu oleh Bupati A. A. Bere Talo. Beringin inilah yang ada sampai sekarang. Tumbuh alamiah sangat rindang dan bentuknya seperti menaungi atau memayungi," ujarnya. Disebutkan ‘Mantan ketua DPRD Belu ini menyaksikan lautan manusia yang mendengar pidato Bung Karno di lapangan umum Kota Atambua kala itu’. Selesai kegiatan, Bung Karno beserta rombongan kembali ke Jakarta dengan pesawat amphibi Catalina dari Atapupu.

Jos Diaz menjelaskan, Bung Karno menanam beringin sebagai simbol melindungi seluruh rakyat. Kedatangan Soekarno ke Atambua, lanjut Jos Diaz, bukan tanpa alasan. Itu wujud perhatian Soekarno yang mendengar bahwa Belu memiliki orang-orang hebat yang turut memperjuangkan atau merintis kemerdekaan Indonesia.

Sebagai sesepuh masyarakat Belu yang mengetahui sejarah, Jos Diaz  prihatin dan sedih melihat pohon beringin Soekarno dibiarkan begitu saja. Menurut dia, tidak pantas pohon beringin bersejarah ini hanya menjadi tempat jualan es kelapa muda bahkan jadi tempat pembuangan sampah.


"Harusnya dibuat  pagar keliling atau dibuat pilar keliling untuk menunjukkan bahwa pohon beringin ini pohon bersejarah sehingga orang yang pergi ke sana atau sekadar lewat melihat lalu dalam hatinya ada kesan bersejarah. Sekarang  tidak ada kesan apa-apa," ujarnya.

Bupati Belu, Willy Lay (saat ini: 20 September 2020) mengaku tidak mengetahui persis apakah pohon beringin di lapangan umum itu ditanam Presiden Soekarno tahun 1955.  Namun, Bupati Willy mengaku masih menyimpan jejak-jejak sejarah kunjungan Soekarno ke Atambua waktu itu berupa foto yang dipajang di rumah jabatan bupati saat ini.

Dihubungi  Sabtu (3/6/2017), Bupati Willy  mengatakan, pada tahun 2015 saat dirinya belum menjadi Bupati Belu,  pohon beringin itu hampir mati karena dicor  pakai semen yang diduga menghambat pertumbuhan akarnya. Semua daun mulai menguning.

Dia bersama teman-temannya mengerahkan operator alat berat escavator mengeruk tanah di sekitar pohon beringin itu lalu menyirami dengan air sehingga  hijau dan subur lagi seperti saat ini. Bupati Willy sependapat jika pohon beringin ini dijadikan ikon Kota Atambua sebagai salah satu kota bersejarah karena pernah dikunjungi Presiden Soekarno setelah pemilu pertama dan menanam pohon beringin.

Sejak tahun 2008, Hermansyah asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) berjualan es  di sisi jalan di bawah rimbunan pohon beringin yang ditanam Bung Karno  di sisi timur lapangan umum Kota Atambua. Dia menyiapkan dua kereta tang selain menjual es kelapa muda, dijual pula  es teller dan  es pisang hijau.

Dua kereta dijaga Jens (21), Dedi (20) dan Andre. Ketiganya melayani pelanggan secara acak untuk setiap menu yang diminati. Saat ditemui Minggu (4/6/2017), Jens, Dedi dan Andre sedang melayani pelanggan. Meski cuaca sedang mendung, minat pelanggan terhadap es kelapa dan es teller serta es pisang hijau tidak berkurang.

Mereka  bekerja pada Hermansyah yang telah mengantongi izin usaha dari Kantor Perizinan Kabupaten Belu. Mereka berjualan di tempat itu setiap hari mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 Wita. Untuk bahan baku kelapa muda, mereka membeli dari Timor Tengah Utara (TTU). Dan, dalam sehari mereka bisa menghabiskan lebih dari 100 buah kelapa. "Kami beli dari Kefa. Kalau dari sini (Belu) biasanya mereka bawa kelapa yang belum ada isi makanya kita beli dari luar," kata Dedi.

Tentang keberadaan pohon beringin besar itu, ketiganya mengaku pernah mendengar cerita bahwa pohon beringin ini ditanam oleh Presiden Soekarno. "Orang-orang di sini sering cerita bahwa ini beringin ditanam Soekarno," ujar Dedi. Selama berjualan di tempat itu, mereka tidak merasakan apa-apa seperti kesan mistis atau seram. Mereka merasa biasa saja. "Kami rasa biasa saja. Tidak yang terasa seram. Mungkin kalau malam hari baru terasa,  tapi kami kan  hanya jualan sampai sore," ungkap Dedi.

Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Dalam mengekspresikan gagasannya, pengarang tentu harus menggunakan media bahasa untuk menulis. Saat menulis gagasan, pengarang bisa saja menggunakan sudut pandang yang sama namun bergantung pada kemampuannya. salah satu kemampuan yang patut diperhitungkan dari seorang pengarang adalah kemampuan berbahasa. Oleh karena menulis adalah kegiatan menuangkan ide maka penulis harus mampu mengolah kemampuan berbahasanya agar tulisannya diminati orang. 

Kemampuan berbahasa penulis dapat dilihat dari kepiawaiannya menggunakan unsur kebahasaan berupa kalimat, konjungsi atau kata penghubung, verba atau kata kerja, adjektiva atau kata sifat, dan kosakata bahasa daerah. Kelima unsur kebahasaan inilah yang menjadi ciri kebahasaan dari teks cerita sejarah.

1. Kalimat yang sering digunakan oleh pengarang dalam menulis teks cerita sejarah didominasi oleh kalimat yang menyatakan peristiwa masa lampau. Kalimat ini menyatakan bahwa perbuatan atau peristiwa sudah dilakukan atau sudah pernah terjadi. Contoh, “Setelah pemilu pertama Indonesia 1955, antara tahun 1957-1958 Presiden Soekarno mengunjungi Atambua perbatasan wilayah kekuasaannya setelah Indonesia merdeka 1945 (Pulau Timor terbagi dua: Timor bagian Timur wilayah kekuasaan Portugis sedangkan Timor bagian Barat wilayah kekuasaan Belanda)”.  

2. Konjungsi atau kata penghubung yang biasa digunakan dalam teks cerita sejarah adalah konjungsi temporal. Konjungsi temporal ini berfungsi untuk mengurutkan suatu keadaan atau suatu peristiwa secara kronologis. Tujuan penggunaan konjungsi temporal ini adalah agar kalimat yang dituangkan oleh pengarang mudah dipahami maksudnya. Contoh konjungsi temporal adalah setelah, ketika, sejak, setelah itu, kemudian, dan sebelum.

3. Kata kerja yang berfungsi menunjukkan kalimat tak langsung acapkali digunakan bahkan mendominasi dalam teks cerita sejarah. Jenis kata kerja yang digunakan adalah kata kerja atau verba aksi, misalnya: menuturkan, menumpang, berkeliling, menanam, berjualan, membentang, berjalan. Penggunaan kata kerja aksi ini dilakukan untuk mendukung sebuah fakta atau peristiwa yang terjadi. Penggunaan kata kerja yang berfungsi menunjukkan kalimat tak langsung bertujuan menceritakan tuturan seorang tokoh dalam sebuah cerita oleh pengarang.

4. Adjektiva atau kata sifat digunakan untuk memperkuat karakter tokoh. selain itu, kata sifat berfungsi untuk menggambarkan suasana dan tempat terjadinya peristiwa. Contoh, “Bung Karno menanam beringin sebagai simbol melindungi seluruh rakyat. Bupati Willy sependapat jika pohon beringin ini dijadikan ikon Kota Atambua sebagai salah satu kota bersejarah karena pernah dikunjungi Presiden Soekarno setelah pemilu pertama dan menanam pohon beringin”.

5. Untuk lebih meyakinkan makna yang terkandung dalam suatu narasi atau percakapan, pengarang teks cerita sejarah biasanya masih menggunakan kosakata daerah. Kosakata itu dianggap lebih mengena atau tepat dalam konteks kalimat untuk menyampaikan sebuah gagasan. Misal, “Sesepuh  masyarakat Belu, Jos Agustinus Diaz (84) (Camat pertama dan mantan ketua DPRD Belu). hingga saat ini (20 September 2020).”

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL SEJARAH ( Cerita sejarah )

 Karya sastra yang baik, termasuk novel sejarah, selalu mengandung nilai ( value). Nilai tersebut dikemas secara implisit dalam alur, latar, tokoh, dan tema. Nilai yang terkandung antara lain: nilai budaya, nilai moral, nilai agama, nilai sosial, dan nilai estetis.

1. Nilai budaya adalah nilai yang dapat memberikan suatu arti yang sangat mendalam dalam khidupan bermasyakat, peradaban, atau kebudayayaan
Contoh,
“Soekarno disambut secara adat dengan bentangan kain adat Belu sepanjang garis pantai hingga ke mobil yang membawanya ke Kota Atambua”.


 
2. nilai moral/ etik adalah nilai yang memberikan nasehat atau ajaran yang berkaitan dengan akhlak budi pekerti
Contoh, “Hanya saja Soekarno menolak berjalan di atas kain adat sebagai bentuk penghormatan kepada adat dan budaya Belu”.


3. Nilai agama yaitu nilai nilai yang berkaitan dengan kehidupan beragama
Contoh, “mereka berhenti sejenak memohon kekuatan alam di bukit lidak (kelurahan Umanen saat ini 20 September 2020)”.

4. Nilai social yaitu nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antar individu di masyarakat
Contoh, Disebutkan ‘
Mantan ketua DPRD Belu ini menyaksikan lautan manusia yang mendengar pidato Bung Karno di lapangan umum Kota Atambua kala itu’. Selesai kegiatan, "Bung Karno beserta rombongan kembali ke Jakarta dengan pesawat amphibi Catalina dari Atapupu".



 

 

 

 

 

 

 

 


Pelajaran Bahasa Indonesia Bab 3

5 Keistimewaan Umat Muslim

  5 Keistimewaan Umat Muslim oleh Muh. Hasyim Pada hakikatnya Allah swt menguji keimanan itu sendiri kepada setiap orang muslim agar mereka ...