Rabu, 02 September 2020

Politik

 

Jalan Berduri Penegakkan HAM di Timor Timur Masa Lalu | Reportase Papua

Pilihan Hati Rakyat atau Rekayasa Tokoh Politik Timor Timur Keluar Dari Rumah Besar Nusantara

(sebuah renungan jajak pendapat Timor Timur Agustus 1999)

Oleh : Muh Hasyim

 

Dimana ItuTimor Portugis?

Dengan luas 30.777 kilometer persegi, Pulau Timor terbagi menjadi dua: Timur dan Barat. Pada era kolonialisme, batas antara wilayah barat dan timur dari pulau ini makin tegas. Portugis dan Belanda memperebutkan Timor, sampai kemudian disetujui pada 1859 bahwa bagian timur dikuasai Portugis, sedangkan bagian barat di bawah kekuasaan Belanda. Karenanya, lain dengan wilayah-wilayah nusantara di bawah Hindia Belanda, Timor bagian timur bertumbuh dengan sistem dan pengajaran Portugis. Mulai dari menulis dengan bahasa Latin, memperkenalkan dan menggunakan mesin cetak, sekolah formal serta unsur-unsur sosial politik lainnya.

Ini diperkuat dan diperjelas oleh peta wilayah Hindia Belanda yang tidak memasukkan ini sebagai wilayahnya. Yang termasuk Hindia Belanda hanyalah Timor Barat atau sekarang disebut Nusa Tenggara Timur. Karena itulah Timor Timur atau Timor Portugis tidak menjadi bagian dari Indonesia sejak awal. Wilayah Indonesia hanya mencakup wilayah yang tadinya ada di bawah kekuasaan Hindia Belanda.

Pada 1970an, Timor Portugis sedang bersiap menjadi negara baru yang independen, lepas dari Portugis. Ini karena konstitusi mengharuskan wilayah jajahan Portugis yang sebelumnya berstatus provinsi di luar negeri agar dilepaskan.Tak cuma Timor Timur, tetapi juga Angola, Cape Verde, Guinea Portugis, Mozambik, Sao Tome, dan Principe di Afrika, Makau di Cina, serta India Portugis dibebaskan menentukan nasibnya.

Konstitusi yang memerintahkan untuk menarik kekuasaan Portugis di daerah jajahannya itu juga dipengaruhi kemenangan kelompok sayap kiri yang berhasil mengkudeta pemerintahan otoriter sayap kanan. Ketika Revolusi Anyelir menggulingkan rezim Lisbon pada tahun 1974,
Maka, partai-partai politik dibentuk sebagai persiapan untuk merumuskan kemerdekaan. Tercatat partai União Democrática Timorense (UDT) menjadi partai pertama di Timor Timur dengan awalnya terdiri dari pemimpin senior administrasi dan pemilik perkebunan, serta pemimpin suku asli. Kedua, Front Revolusioner Independen Timor Timur (Fretilin) yang terdiri dari pengurus, guru, dan anggota lainnya yang direkrut dari perkotaan. Terakhir muncul Populer Demokrat Asosiasi Timor (Apodeti), sebuah partai kecil dengan tujuannya untuk integrasi wilayah ke Indonesia. Namun yang terakhir ini popularitas rendah.

Hanya UDT dan Fretilin yang tercatat saling sengit merebut pengaruh penduduk Timor Timur. Proses menuju penentuan nasib mereka diwarnai dengan konflik internal. Tuduhan UDT terhadap sayap radikal Fretilin yang akan membawa Timor Timor menuju negara komunis menjadi salah satu pemicunya. Masing-masing elite partai masih bisa menahan diri dan dalam batas wajar beradu argumen. Namun tidak demikian di kalangan akar rumput kedua belah pihak. Pertumpahan darah sempat terjadi. Terjadi perang saudara antara akar rumput.
Kelompok UDT makin terdesak. Di antara mereka, banyak yang lari ke perbatasan dan masuk ke Indonesia.

Siapa Saja Pelaku Integrasi Timor Timur lewat Deklarasi Balibo?

Pada tanggal 27 Mei 1974, sekelompok tiga puluh orang bertemu untuk membuat pesta untuk mengadvokasi integrasi ke Indonesia. Nama pertama partai adalah Associação para a Integracao de Timor na Indonesia (Asosiasi untuk Integrasi Timor ke Indonesia), tapi penyelenggara memutuskan posisi pro-integrasi tidak populer dan memutuskan untuk menghapus kata dari nama mereka. Dalam manifesto aslinya, partai menyerukan "integrasi otonom" ke Indonesia sementara juga menyatakan dukungan untuk hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Partai ini juga menganjurkan ajaran Indonesia di sekolah-sekolah Timor Timur.

Presiden pertama APODETI adalah Arnaldo dos Reis Araújo, seorang petani ternak 60 tahun yang telah bekerja sama dengan pasukan invasi Jepang selama Perang Dunia II. Araujo menghabiskan beberapa bulan di Jakarta selama 1974, di mana ia bertemu pejabat pemerintah yang dengan cepat menemukan cara untuk mendukung organisasinya. Kemudian, ia menjadi gubernur pertama Timor Timur di bawah pemerintahan Indonesia. Pertama wakil presiden partai itu Hermenegildo Martins, pemilik perkebunan kopi. Pemimpin kunci lain APODETI adalah mantan guru sekolah bernama José Osorio Soares. Mengulangi sentimen bahwa Timor Timur tidak bisa bertahan sebagai negara merdeka, ia mengaku iman yang kuat dalam kesediaan Indonesia untuk membantu. Pada tahun 1975 ia berkata: "Kita tidak perlu neokolonialisme, hanya beberapa kontrol dari Indonesia, dan jika kita perlu beberapa hal mungkin kita bisa mendapatkannya dari Indonesia.

Popularitas APODETI rendah dibandingkan dengan pro-kemerdekaan FRETILIN dan UDT bahkan lebih moderat. Namun, ia menerima dukungan dari pemerintah Indonesia, dalam bentuk sumbangan keuangan dan deklarasi solidaritas. Ketika pemimpin APODETI mengumumkan bahwa 70 & nbsp; persen dari populasi mendukung integrasi, pejabat Indonesia berulang klaim dan itu menjadi pokok dari laporan media di Jakarta. Pada saat yang sama, para pemimpin partai yang diejek di Timor Timur, dan beberapa berwisata disertai pengawal. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan pernyataan yang lebih agresif oleh para pemimpin APODETI. 

Timor Timur sepakat bergabung dengan RI pada 30 November 1975 menyusul Deklarasi Balibo atau pernyataan berintegrasi yang dilontarkan Xavier Lopez da Cruz, mewakili tiga partai politik di Timtim. Arnaldo dos Reis Araujo dan Franscico X. Lopes da Cruz adalah sutradara di balik ide integrasi. Sementara dari Indonesia, tercatat Gubernur NTT El-Tari dan Frans Seda. Keduanya merupakan putera NTT yang mewakili Jakarta. Selanjutnya terhitung 17 Juli 1976, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 (resmi kembali ke rumah besar menempati kamar 27).

Setelah Timor Timur dilegatimasi dalam Undang-undang No.7 tahun 1976 tanggal 17 Juli 1976. Dalam undang-undang itu disebutkan, penyatuan Timor Timur kedalam NKRI dan sekaligus pembentukan Timor Timur sebagai provinsi ke-27. Secara simbolis Presiden Republik Indonesia Soeharto menyerahkan duplikat bendera pusaka kepada Arnaldo dos Reis Araujo dan Franscico X. Lopes da Cruz, dan salinan teks Proklamasi Republik Indonesia kepada Lopes da Cruz.

Dalam menjalankan pemerintahan sementara di Timor Timur,  pemerintah pusat menunjuk Arnaldo dos Reis Araujo menjabat sebagai gubernur pertama di Timor Timur. Sedang Lopez da Crus diangkat menjadi diplomat RI dengan misi khusus di PBB.

Sejalan dengan itu, kubu Fretelin memilih mengembara dan meneruskan perjuangan kemerdekaan Timor Timur dengan bergerilya di hutan.
Deklarasi Balibo sebenarnya adalah tandingan dari proklamasi Republik Demokrasi Timor Timur yang dicetuskan Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (Fretilin) di Lapangan Boa Ventura Dili, 28 November pada tahun yang sama. Saat itu, di antara tokoh-tokoh politik di Timtim memang saling berbeda pandangan. UDT misalnya, menganjurkan suatu proses otonomi progresif di bawah Portugal. Fretilin mengusung perjuangan kemerdekaan penuh bagi Timor Timur dan paling radikal serta cenderung kiri. Sementara Apodeti, memilih Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia.
Nah, perbedaan pandangan politik ini menyebabkan proses integrasi Timor Timur ke RI tak berlangsung mulus. Perang saudara pun meletus antara yang setuju bergabung dan yang tidak. Pertikaian demi pertikaian terus mewarnai sejarah Timor Timur. Buntutnya, Indonesia menggelar Operasi Seroja buat "mengakhiri" perang saudara. Konsekuensinya, tragedi mencatat sekitar 3.500 prajurit yang terlibat dalam Operasi Seroja gugur. Sementara sekitar 2.000 lainnya cacat seumur hidup.

Sejalan dengan Operasi Seroja, pemerintah Indonesia juga berupaya keras buat merebut hati rakyat Timtim. Di antaranya dengan mengalokasikan sekitar 20 persen dari total dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selama belasan tahun ke sana. Dengan modal itu, pemerintah membangun sejumlah sarana fisik di hampir seluruh wilayah Timtim. Jalan-jalan beraspal pun mulai terlihat, bahkan mencapai desa-desa terpencil yang sejak ratusan tahun selama di bawah Portugal belum diperhatikan. Sementara di dunia pendidikan, pemerintah membangun sejumlah gedung sekolah, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Wujud menggaet perhatian di bidang keagamaan, pemerintah membangun Patung Kristus Raja berukuran raksasa di tepi Pantai Dili. Pada hari peresmian patung itu, Presiden Soeharto dikukuhkan sebagai Bapak Integrasi Timor Timur. Khusus untuk menyelesaikan konflik antara dua kelompok masyarakat Timor Timur yang berbeda pendapat, pemerintah juga menggandeng Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menggelar Dialog "All Inclusive Timoresse Dialogue".

Sayangnya selama roda pemerintahan di Timor Timur, pemerintah daerah dan pusat tidak melihat gejala awal ketidaksepahaman yang membawa Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. Pemerintah pusat hanya mengandalkan deklarasi balibo menjadi legitemasi mengamankan Timor Timur dari konflik perang saudara. Sementara pemerintah daerah terkesan membiarkan api yang ada di tubuh Fretelin menyala di hutan dan gua di Timor Timur dan menjalar ke luar negeri.

Selain itu, belum ada perhatian khusus pemerintah terhadap kaderisasi muda-mudi Timor Timur. Misalnya tenaga kerja lulusan SMA dan sederajat yang dipekerjakan di instansi pemerintah masih menerima dari luar provinsi. Sementara lulusan dalam provinsi Timor Timur banyak yang menganggur. Setelah banyak konflik yang muncul, baru ada perhatian pemerintah untuk menkaderisasi termasuk menerima Pegawai 2000. Tapi itu sudah terlambat menurut pendapat kelompok pro kemerdekaan. Mereka sudah terlanjur anti terhadap pemerintah. Karena penyelesaian konflik yang ada oleh pemerintah dinilai tidak menguntungkan bagi mereka.

Mengapa Indonesia Mengamankan Timor Timur dari Konflik Perang Saudara?

Pemerintah dan militer Indonesia melihat dinamika yang terjadi di Portugis (Ketika Revolusi Anyelir menggulingkan rezim Lisbon pada tahun 1974) itu sebagai momentum untuk mengarahkan saudaranya yang terpisah 460 tahun kembali ke rumah besar (pangkuan ibu pertiwi).

Pemerintah Jakarta tidak tinggal diam melihat saudaranya di Timor Timur kontak perang saudara. Perang saudara terjadi karena komunikasi antara elit politik (UDT dan Fretelin) bermain pincang terbawa sampai akar rumput berkelahi. Mereka saling menyerang tanpa komando, menyerang dengan membakar rumah dan membunuh secara membabibuta. Tidak ada rasa perikemanusiaan antar mereka sendiri dipicu oleh ketidasepahaman antara mereka sendiri. Situasi itu membuat iba Indonesia sehingga menerima permohonan elit politik pro integrasi Arnaldo dos Reis de Araujo dan kawan-kawan. Kekhawatiran dan rasa iba ini menjadi bahan proposal pengajuan bantuan Indonesia ke Amerika Serikat yang tengah mengalami kekalahan di Vietnam. Konteks Perang Dingin juga berpengaruh. Amerika Serikat tak mau Timor Portugis dikuasai Fretilin yang komunis.

Memasuki 7 Desember 1975, Indonesia secara resmi melakukan operasi militer ke Timor Timur. Operasi militer ini diberi nama Operasi Seroja. Mobilisasi besar-besaran pasukan militer Indonesia dilakukan mengarah ke kota Dili Timor Timur. Ratusan pasukan penerjun payung turun dari langit kota Dili terlibat kontak senjata langsung dengan pasukan militer Fretilin yang berjuluk Falintil. Ada juga kapal perang yang membawa pasukan untuk segera menyerbu daratan. Operasi ini disetujui oleh Presiden AS saat itu Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger (saat berkunjung di Jakarta 6 Desember 1975) memberi dukungan kepada Presiden Soeharto untuk masuk ke Timor Timur pada 1975.

Menghadapi operasi seroja ini, Forsa Armada Fretelin mulai mengumpulkan kaum laki-laki dari seluruh pelosok untuk membantu forsa armada menghadapi pasukan Indonesia. Forsa armada menderita kekalahan setiap kali menyerang. Malam harinya, pasukan Indonesia telah mengamankan kota Dili. Disusul pengamanan kedua pada 10 Desember berhasil mengamankan rakyat di Baucau.
Jumlah pasukan Indonesia terus bertambah di Timor Timur. Dalam buku The War Againts East Timor karya Budiardjo dan Liong menyebutkan, pada Hari Natal, sekitar 10.000 hingga 15.000 tentara mendarat di kota Liquisa dan Maubara. Jumlah pasukan terus meningkat, hingga April 1976 Indonesia memiliki sekitar 35.000 tentara di Timor Timur, dengan 10.000 lain berdiri di Timor Barat Indonesia. Sebagian besar pasukan ini berasal dari pasukan elit di Indonesia. Pada akhir 1976, 10.000 tentara menduduki Dili dan 20.000 lainnya telah dikerahkan di seluruh Timor Timur. Pasukan Fretilin terdesak masuk hutan dan pegunungan. Dengan tetap melawan, taktik pertempuran gerilya mereka terapkan.  Bahkan beredar isu kepada masyarakat bahwa nanti akan datang tentara yang membunuh orang-orang muda yang belum kawin. Ini membuat rakyat resah sambil menunggu siapa yang menjadi penyelamat mereka.

Ternyata Pasukan Indonesia  yang menggunakan pesawat mengamankan rakyat dari udara hanya menembak lurus tidak menembak ke sasaran. Sepertinya hanya sekedar membuat takut Forsa Armada Fretelin dan pengikutnya untuk tidak mengancam dan membunuh kelompok UDT dan partisannya. Sementara pasukan yang lewat darat pun demikian, mereka berusaha menyelamatkan rakyat yang ketakutan dari ancaman Forsa Armada Fretelin dengan cara menghimpun dan mendata jumlah penduduk yang menyerahkan diri. Setelah terdata rakyat bersorak ria dengan likurai mengelilingi kota sampai sore. Kemudian sore harinya rakyat disuruh kembali ke rumah masing-masing. Diingatkan juga untuk menaikkan bendera merah putih di tiap rumah, ini terjadi di Maubisse saat pasukan Indonesia memasuki wilayah tersebut sekitar Maret 1976.

Mengapa Amerika Mendukung Indonesia Masuk Wilayah Timor Portugis?

Wabah Perang Dingin melanda seluruh dunia. Tak terkecuali negara-negara yang telah memilih sikap Non-Blok seperti Indonesia. Dalam konteks Timor Timur, peranan Amerika sebagai Blok Barat sulit untuk dipungkiri. Mereka memandang Fretilin yang berhaluan komunis harus segera ditumpas karena merepresentasikan kekuatan Blok Timur. Maka, Indonesia pun sukses menggalang dukungan dari negara-negara Barat tak hanya Amerika.

Data dari Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat menyediakan analisis rinci soal unit militer Indonesia yang menggunakan banyak peralatan militer dari Amerika Serikat. Para penerjun yang turun di langit Dili juga dilatih oleh Amerika, ditambah bantuan pesawat C-47 dan C-130 yang mengangkut para pasukan.

Di bawah pemerintahan Carter, Amerika Serikat menggelontorkan dana lebih dari $250 juta untuk membantu militer Indonesia menyerang Timor Timur antara 1975 sampai 1979. Para pejabat pemerintahan Clinton dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh New York Times telah mengatakan bahwa Soeharto adalah pemimpin yang menderegulasi ekonomi Indonesia dan membuka kran Indonesia bagi investor asing. "Dia semacam orang kami," kata seorang pejabat senior yang sering menangani administrasi kebijakan Asia.

Inggris Raya, seperti dilaporkan The Guardian, juga tercatat turut andil dalam Pengamanan Indonesia ke Timor Timur. Bantuan mereka berupa pelatihan militer bagi prajurit-prajurit Indonesia. Inggris menghabiskan £1 juta untuk pelatihan militer di Indonesia. Sebanyak 24 tentara angkatan senior dilatih di perguruan tinggi militer Inggris. Dan ada 29 petugas indonesia lainnya belajar di lembaga non-militer.

Pengakuan lain dengan tujuan yang sama datang dari Australia. Clinton Fernandes dalam bukunya berjudul Reluctant Saviour: Australia, Indonesia and East Timor mengatakan pemerintah Australia lewat Fraser, Hawke, dan Keating diduga bekerja sama dengan militer Indonesia dan Presiden Soeharto terkait kondisi Timor Timur dan untuk melestarikan kembalinya Timor Timur ke Pangkuan Ibu Pertiwi.

Namun, suara pecah dan protes warga Australia terjadi ketika kasus penembakan lima wartawan di Balibo terjadi. Apalagi sejarah mencatat orang Timor membantu pasukan Australia melawan Jepang pada Perang Dunia Kedua. Pada akhirnya, Australia yang menjadi negara pertama mendukung dilaksanakannya referendum untuk mengantarkan Timor Timur mencapai kemerdekaannya.

Mengapa Timor Timur Keluar dari Rumah Besar Nusantara?

Ketika Bung Karno berpidato di PBB tentang Ideologi Pancasila seluruh negara tepuk tangan menyatakan setuju. Tetapi justru dari pidato tersebut membuat sebagian negara menjadi takut setelahnya. Mengapa?  Karena menurut mereka, jika Pancasila diterapkan secara murni dan konsekuen maka ideologi Komunis akan hilang dari muka bumi. Saat itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat berada dalam perang dingin. Tapi karena politik Indonesia Bebas Aktif baik Soviet maupun Amerika menyokong Indonesia untuk mengamankan Timor Timur dari perang saudara dan komunis. Salah satu contoh dukungan Amerika terhadap Indonesia dalam uraian di atas.

Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ideologi Pancasila dan kekayaan yang dimilikinya dikhawatirkan menggocang dunia apabila menjadi negara maju. Maka diciptakanlah krisis moneter 1997 membuat rupiah menjadi terpuruk dari USD. Selain itu, ada niat Indonesia membeli peralatan perang dari Soviet. Mendengar itu, Amerika langsung memboikot keperluan militer dari Amerika.

Pemilihan Umum 1997 adalah pemilu ke-6 di masa Orde Baru dan pemilu ke-7 dalam sejarah sejak Indonesia merdeka. Golkar menang lagi, Soeharto kembali berkuasa. Namun, Pemilu 1997 ternyata menjadi pemilu terakhir rezim Orba karena pada 21 Mei 1998, Soeharto tumbang dari kursi kepresidenan yang telah sekian lama ia kuasai dialihkan kepada wakil presiden  yaitu Baharuddin Yusuf Habibi.

Atas desakan Asing B.J Habibi Presiden RI membuat pertemuan dengan Koffi Anan Sekjen PBB  pada 27 Januari 1999. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan 30 Agustus 1999  diadakan jajak pendapat. Mengapa dikatakan desakan Asing? Karena seluruh personil yang terlibat dalam jajak pendapat itu orang Asing, Mereka dibantu oleh rakyat Timor Timur yang pro kemerdekaan. Sementara alat pengamanan Indonesia bersama kelompok pro integrasi tidak dilibatkan.

Dapat dilihat saat jajak pendapat berlangsung, peti suara tidak mendapat kawalan dari pihak keamanan. Peti suara yang sudah penuh dijinjing oleh satu orang bule menuju basecame. Ada isu beredar bahwa suara yang dihitung adalah suara  rakyat yang mengikuti misa di gereja pada 28 Agustus 1999. Pengumuman hasil jajak pendapat disepakati 9 September 1999 tapi malah diumumkan lebih awal 4 September 1999.

Dilansir Harian Kompas, Minggu (5/9/1999), akhirnya PBB mengumumkan hasil penentuan pendapat (jajak pendapat). Sekjen PBB Kofi Annan di New York mengumumkannya pada Sabtu (4/9) pukul 08.00 WIB. Hasilnya dari sekitar 450.000 pemilih, 78,5 persen (344.580) warga Timor Timur memilih untuk menolak otonomi, dan sekitar 21 persen (94.388) memilih otonomi, sedangkan 7.985 suara (1,8 persen) dinyatakan tidak sah. Menurut Kofi Annan, hasil itu menunjukkan bahwa penduduk Timor Timur menginginkan kemerdekaan. Ini tidak sesuai dengan realita di lapangan ketika kita menyaksikan pengungsian secara besar-besaran menuju wilayah NTT.

Bukan hanya itu, orang asing menginginkan Indonesia terpecah, dibuktikan dengan dana asing yang ikut menyokong amandemen UUD 45 setelah laporan pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibi ditolak oleh MPR.

Ini tercatat sebagai kegagalan diplomasi oleh pihak pro integrasi. Bola saat ini ada di tangan Pro kemerdekaan.

Selain itu, belum ada perhatian khusus pemerintah terhadap kaderisasi muda-mudi Timor Timur. Misalnya tenaga kerja lulusan SMA dan sederajat yang dipekerjakan di instansi pemerintah masih menerima dari luar provinsi. Sementara lulusan dalam provinsi Timor Timur banyak yang menganggur. Setelah banyak konflik yang muncul, baru ada perhatian pemerintah untuk menkaderisasi termasuk menerima Pegawai 2000. Tapi itu sudah terlambat menurut pendapat kelompok pro kemerdekaan. Mereka sudah terlanjur anti terhadap pemerintah. Karena penyelesaian konflik yang ada oleh pemerintah dinilai tidak menguntungkan bagi mereka.

Informasi Apa Yang Diperoleh Dari Tulisan Di Atas?

  1. Masyarakat Pulau Timor awalnya punya nenek moyang yang sama wewiku wehale. Kemudian orang barat memisahkan menjadi dua yaitu Timor Barat dan Timor Portugis. Timor terkenal dengan Cendana yang diperebutkan oleh Belanda dan Portugis. Belanda Meninggalkan Agama Protestan dan Portugis meninggalkan agama Katholik bagi masyarakat di Pulau Timor dan sekitarnya.
  2.  Portugis Mengakhiri kekuasannya 1975 ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975. sedangkan Belanda mengakhiri kekuasaannya 1945 di pulau timor setelah dikalahkan oleh Jepang pada perang dunia dua.
  3. Terbentuk Partai UDT dan Fretelin di Timor Portugis setelah terjadi revolusi bunga di portugal.
  4. Terjadi Perang saudara antara akar rumput dari partai UDT dan Fretelin.
  5. Terjadi kesepakatan antar elit politik baik ketika Timor Portugis berintegrasi maupun Indonesia masuk ke wilayah Timor portugis. Bahkan pelaksanaan jajak pendapat yang sangat sarat dengan dukungan Asing
  6. Ada kesenjangan sosial yang tidak diperhatikan oleh pemerintah (saat berkuasa kelompok pro integrasi) di Timor Timur.
  7. Banyak yang gugur dari operasi seroja di Timor Timur dari kelompok pro integrasi maupun kelompok pro kemerdekaan.
  8. Hasil jajak pendapat yang tidak jelas, apakah suara hati rakyat yang terjadi pada 30 Agustus 1999 di TPS atau hasil kerja keras para pastor dan suster di gereja pada 28 Agustus 1999.
  9. Timor Timur dikeluarkan dari rumah besar Nusantara lewat sidang umum MPR melalui Ketetapan Nomor V/MPR/1999 menyatakan bahwa Ketetapan No. VI/MPR/1978 tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak berlaku lagi.
    Setelahnya, mulai 25 Oktober 1999 sampai 20 Mei 2002, urusan administrasi di Timtim dijalankan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga United Nations Transitional Administration In East Timor (UNTAET). 
    Setelahnya, mulai 25 Oktober 1999 sampai 20 Mei 2002, urusan administrasi di Timtim dijalankan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga United Nations Transitional Administration In East Timor (UNTAET).
  10. Kelompok pro integrasi hidup meyebar di seluruh pelosok nusantara, sebagian besar ada di Timor Barat.

 

Setelah Mencermati 10 Informasi Tersaji, Opini Apa Yang Kalian Tinggalkan Sebagai Bahan Renungan Bersama?

  1. Selama kita tidak punya prinsip dalam hidup ini, maka kita menjadi budak selamanya.
  2. Sesuatu yang kita raih dengan cara manipulasi, maka hasilnya akan memanipulasi kehidupan kita sendiri di kemudian hari.
  3. Sesuatu yang  kita kerjakan tanpa melibatkan Sang Pemberi kehidupan, maka di kemudian hari hidup kita seperti bahan bakar api neraka.
  4. Suatu waktu Wewiku wehale akan menemukan kembali identitas yang hilang ratusan tahun yang lalu. Seperti Jerman Barat dan Jerman Timur.
  5. Dalam dunia politik dikenal menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan. Ketika tujuan telah tercapai dunia pun tercapai namun akhirat belum tentu tercapai.
  6. Bola itu bulat dan kalau jatuh pasti menggelinding sama dengan kehidupan kadang di bawah kadang di atas. Saat ini bola dikuasai pro kemerdekaan setelah menggelinding dari pro integrasi. Tidak menutup kemungkinan kembali menggelinding ke pro integrasi atau sebaliknya.
  7. Dimana ada gula di situ ada semut. Hari ini AS dan kawan-kawan mendukung pro kemerdekaan seperti waktu mendukung Indonesia masuk ke Timor Timur. Tidak menutup kemungkinan suatu saat berbalik seperti memboikot peralatan militer Indonesia.
  8. Hari ini Dollar Amerika beredar di Timor Timur. Tidak menutup kemungkinan Timor Timur menjadi negara bagian dari AS.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelajaran Bahasa Indonesia Bab 3

5 Keistimewaan Umat Muslim

  5 Keistimewaan Umat Muslim oleh Muh. Hasyim Pada hakikatnya Allah swt menguji keimanan itu sendiri kepada setiap orang muslim agar mereka ...