POHON ILMU SEBAGAI ALAT PERAGA
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
Oleh: Muh Hasyim
Kata media berasal dari bahasa latin. Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Arti kata media secara harfiah adalah antara, perantara atau pengantar pesan dari guru sebagai pendidik dan sumber belajar kepada siswa sebagai peserta didik dalam lingkungan belajar. Dalam pembahasan ini media digunakan untuk pembelajaran bahasa kedua kepada siswa sekolah menengah atas. Untuk itu, diperlukan pembahasan media yang lebih mendalam sehingga diperoleh pemahaman dan prosedur operasional untuk penggunaannya.
Terkait dengan harapan tersebut, maka disajikan secara berurutan pembahasan perihal:
1. Batasan media pembelajaran bahasa kedua.
2. Peranan media dalam pembelajaran bahasa kedua.
3. Jenis media dalam pembelajaran bahasa kedua.
Batasan Media Pembelajaran Bahasa Kedua
Batasan media pembelajaran bahasa kedua ini dijelaskan menurut sejumlah pandangan pakar dan sumber pustaka yang relevan. Menurut Gagne (1970), media dipandang sebagai segala jenis komponen dalam lingkungan siswa atau peserta didik yang dapat memberikan motivasi untuk belajar. Briggs (1970) membatasi bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menjadikan pesan dalam berkomunikasi dan merangsang anak untuk belajar. NEA (National Education Association) membatasi media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Selanjutnya AECT (Association of Education and Communication Technology) menyatakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyatakan atau menyampaikan pesan atau informasi. Dari batasan tersebut disimpulkan bahwa media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber atau narasumber kepada peserta didik dengan tujuan untuk merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (Dhieni, 2008; Hamalik, 1997).
Dihubungkan dengan pembelajaran bahasa kedua, media harus menjadi penyampai pesan atau informasi dari guru maupun sumber belajar kepada siswa dalam melaksanakan belajar Bahasa Indonesia. Bahasa kedua yang dijadikan fokus pembelajaran kepada siswa SMA adalah bahasa Indonesia. Untuk itu, media harus berfungsi untuk merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa SMA dalam belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Media hendaknya dapat meningkatkan potensi siswa dalam melaksanakan kegiatan berbahasa Indonesia secara lisan maupun tulis. Dengan media tersebut, pembelajaran bahasa kedua menjadi lebih berhasil dalam meningkatkan potensi siswa dalam berbahasa.
Peranan Media dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
Pembelajaran bahasa kedua merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Menurut Hamalik (1979), peran media dalam proses interaksi tersebut antara lain:
1) Memperjelas penyajian konsep dan mengurangi verbalitas.
2) Memperdalam pemahaman peserta didik terhadap bahan ajar atau sumber belajar.
3) Memperagakan pengertian yang abstrak kepada pengertian yang konkret.
4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera manusia.
5) Mengatasi perbedaan karakteristik siswa (peserta didik) yang diakibatkan oleh pengalaman maupun lingkungan yang berbeda.
Belajar bahasa merupakan suatu proses meningkatkan kompetensi kebahasaan dan kompetensi performasi komunikasi berdasarkan potensi (pengetahuan dan pengajaran) individu. Dalam proses tersebut, dituntut strategi produktif, kompetensi mekanisme psikofisik dan kompetensi pemilihan konteks. Seluruh proses tersebut harus mengacu kepada kaidah (EYD) Bahasa Indonesia. Kondisi siswa dalam belajar bahasa tersebut berperan sebagai subjek belajar dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Apabila belajar bahasa tersebut dilengkapi dengan media, maka media dapat berperan mengatasi masalah interaksi belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Peran tersebut adalah:
a. Media berperan memperjelas penyajian konsep bahasa dan mengurangi verbalitas belajar bahasa.
b. Media berperan memperdalam pemahaman peserta didik terhadap bahan ajar bahasa dan sumber belajar bahasa.
c. Media berperan memperagakan pengertian bahasa yang bersifat abstrak kepada pengertian bahasa yang lebih nyata (konkret).
d. Media berperan mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera manusia.
e. Media berperan mengatasi perbedaan karakteristik siswa (peserta didik) yang diakibatkan oleh pengalaman maupun lingkungan yang berbeda.
Apabila media tersebut dihubungkan dengan masalah pembelajaran aspek kebahasaan, maka media harus berperan dalam mengatasi belajar aspek kebahasaan. Masalah dalam aspek kebahasaan dapat dibedakan menjadi bentuk dan makna. Masalah bentuk bahasa dapat dibedakan menjadi unsur segmental dan unsur suprasegmental (intonasi dan jeda). Masalah dalam unsur segmental dapat dibedakan menjadi masalah: (1) fonem/grafem, (2) suku kata, (3) morfem, (4) kata, (5) frase, (6) klausa, (7) kalimat, dan (8) wacana. Sedangkan masalah dalam makna (isi) dapat dibedakan menjadi masalah: (1) makna leksikal, (2) makna morfemis, dan (3) makna sintaksis. Apabila media digunakan dalam pembelajaran bahasa, masalah tersebut berpeluang diatasi. Apabila peran media dihubungkan dengan keterampilan bahasa yang dijadikan fokus belajar, maka media berperan untuk mengatasi masalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Apabila peran media dihubungkan dengan kompetensi komunikasi yang dijadikan fokus belajar, maka media berperan untuk mengatasi masalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Apabila peran media dihubungkan dengan kompetensi komunikasi yang dijadikan fokus Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Bahasa Kedua pembelajaran (belajar) maka media dapat mengatasi masalah kemampuan berbahasa lisan dan kemampuan berbahasa tulis. Demikian penting peran media dalam pembelajaran maupun belajar bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua hendaknya selalu menggunakan media.
Jenis Media dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
Secara umum jenis media dalam pembelajaran bahasa kedua dibedakan menjadi 2 (dua), yakni: (1) media alami (natural) dan (2) media buatan (artifisial). Media alami (natural) dibatasi bahwa media tersebut sudah ada demikian adanya (tanpa harus dibuat atau diciptakan) dan tinggal digunakan dalam pembelajaran. Misalnya: lingkungan, peristiwa, dan fenomena alam. Sedangkan media buatan (artifisial) dibatasi bahwa media tersebut belum ada namun dibuat atau diciptakan sebelum media tersebut digunakan dalam pembelajaran. Misalnya: gambar, film, video, buku, kamus atau ensiklopedi. Kedua media tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa kedua di sekolah menengah. Seperti pohon ilmu yang sengaja diciptakan sedemikian unik sebagai alat peraga mengajar di kelas untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa terutama dalam empat keterampilan berbahasa siswa sekolah menengah di daerah 3T.
Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Bahasa Kedua Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa kedua hendaknya disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas. Langkah-langkah penggunaan media tersebut harus sudah dirumuskan dalam rencana pembelajaran tersebut. Langkah-langkah penggunaan tersebut berfungsi sebagai pedoman atau acuan guru menggunakan media di kelas. Apabila penggunaan tidak sesuai dengan rencana pembelajaran, maka efektivitas media menjadi di luar harapan oleh karena jenis media apapun yang akan digunakan perlu dirumuskan langkah-langkah penggunaannya dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) bahasa kedua.
Rangkuman
Media merupakan komponen pembelajaran. Media perlu digunakan dalam pembelajaran bahasa kedua. Media memiliki peran solutif dalam mengatasi masalah pembelajaran bahasa. Media berfungsi meningkatkan pencapaian hasil belajar bahasa kedua. Media dibedakan jenisnya berdasarkan sifat alamiah dan sifat artificial (buatan), berdasarkan aspek kebahasaan, keterampilan berbahasa dan kemampuan berbahasa. Penggunaan media harus direncanakan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan langkah-langkah penggunaan tersebut berfungsi sebagai pedoman di kelas. Untuk itu, media dapat dipandang sebagai segala bentuk alat, situasi, peristiwa, atau fenomena yang mendukung pembelajaran bahasa kedua.
Tes Formatif 1
Petunjuk: Anda ditugaskan untuk mengerjakan tes formatif ini dengan cara memilih a, b, c, atau d sebagai jawabannya.
1. Media dalam pembelajaran bahasa kedua dapat dipandang sebagai ….
a. komponen pembelajaran
b. pelengkap pembelajaran
c. sumber pembelajaran
d. alat bantu belajar bahasa
2. Salah satu penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah ….
a. mengatasi perbedaan potensi siswa
b. mengatasi perbedaan kurikulum
c. mengatasi perbedaan buku paket
d. mengatasi perbedaan lokasi SMA
3. Contoh media pembelajaran bahasa kedua yang bersifat artifisial adalah ….
a. film
b. gambar seri
c. teks dialog
d. lingkungan pasar
4. Media pembelajaran bahasa kedua yang cocok untuk mengajarkan bahasa lisan.
a. Teks percakapan
b. Video recording
c. Radio
d. Buku cerita bergambar
5. Kamus dapat digunakan sebagai media pembelajaran bahasa kedua, terutamauntuk mengajarkan ….
a. makna kata
b. bentuk kata
c. jenis kata
d. aspek kebahasaan
6. Media gambar dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa kedua terutama untuk mengajarkan ….
a. fonologi
b. morfologi
c. kosakata
d. semantik
7. Dasar pemilihan media pembelajaran bahasa kedua adalah ….
a. keluasan bahan ajar
b. kedalaman bahan ajar
c. kompetensi siswa
d. (a), (b), dan (c) benar
8. Praktibilitas media pembelajaran bahasa kedua perlu dijadikan pertimbangan. Praktibilitas disejajarkan maknanya dengan ….
a. kesesuaian penggunaan
b. kebermaknaan penggunaan
c. kemudahan penggunaan
d. kondisi penggunaan
9. Kelemahan penggunaan media pembelajaran bahasa kedua adalah ….
a. tidak sesuai dengan tujuan
b. tidak dirumuskan dalam RPP
c. tidak sesuai dengan penggunaan
d. tidak sesuai dengan potensi siswa
10. Guru memiliki peran penting dalam hal media pembelajaran, terutama ….
a. sebagai penyedia
b. sebagai perencana
c. sebagai pembuat
d. sebagai penilai
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang ada; hitunglah jawaban anda yang benar dan tentukan nilainya dengan rumus sebagai berikut.
Tingkat Penguasaan Anda =10=Jawaban yang benar x 100%
Arti tingkat penguasaan:
90% – 100% = Sangat Baik
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup Baik
0% – 69% = Kurang Baik
Anda dapat melanjutkan pada kegiatan belajar berikutnya apabila anda mencapai tingkat penguasaan di atas 80%. Apabila tingkat penguasaan anda di bawah 80%, anda perlu mempelajari kegiatan belajar ini, sebelum anda melanjutkan pada kegiatan belajar berikutnya.
Kunci jawaban tes formatif ini adalah:
1. a 2. a
3. d 4. d
5. d 6. c
7. d 8. c
9. b 10. a
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. (1985). Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Badudu, J.S. (1983). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Dulay, Heidi; Burt, Marina; Krashen, Stephen, 1982. Language Two. Oxford:Oxford University Press.
Hidayat, Kosadi; Jazir Burhan; Undang Misdan. (1990). Strategi Belajar–Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta
Huda, Nuril. 1987. Hipotesis Input. Makalah disajikan dalam kuliah umum jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Malang, 12 September 1987.
Husein, H. Akhlan dan Yayat Sudaryat. 1996. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Krashen, Stephen D. dan Tracy D. Terrell. 19853. The Natural Approach Language Acquisition in the Classroom. New York: Pergamon Press.
Krashen, S. 1976. Formal and Informal Linguistic Environments in Language Acquisition and Language Learning. TESOL Quarterly 10.
Nurhadi, Roekhan. 1990. Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar Baru.
Syafi’ie Iman, dkk. 1981. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:Pusat Penerbit UT.
Syafi’ie Iman. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Guntur H. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1990). Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung:Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1990). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar