Pantun
Lingkungan Hidup
Karya Muh Hasyim
Pulau Timor jauh di tengah
Banyak pohon tumbuh di sana
Jangan bosan jangan lelah
Bersama kita jaga pohon Cendana
Sinar gemilang pergi ke Kupang
Jalannya elok indah dipandang
Mari kita bergotong-royong
Budidaya kan tanaman sorgung
Kamu menyebut gewan
Kami menyebut lontar
Kamu kami kita berkawan
Lestarikan pohon lontar
Pohon kersen tumbuh tinggi
Daun buah sama lebat
Rebusan kersen turunkan darah tinggi
Daun buahnya merupakan obat
Assalamualaikum
BalasHapusSelamat pagi pak
Saya Putri Bunga Daeng,
kelas XI Alam 1.
Ini ulasan saya untuk puisi 2
Identitas
Judul : Setulus Kuasa mu
Karya : Muh. Hasyim
Diposting : 27 Mei 2020
Orientasi
Puisi berjudul 'Setulus Kuasa mu' merupakan sebuah puisi yang diciptakan oleh Muh. Hasyim. Puisi ini didedikasi kan bagi mereka yang percaya adanya hari pembalasan (hari kiamat) terkhususnya bagi umat muslim.
Sinopsis
Puisi ini bercerita mengenai dibangkitkan kembali orang-orang yang telah meninggal dunia pada waktu hari perhitungan telah tiba. Dimana semua mayit merasakan penyesalan atas segala dosa yang di perbuat. Meminta pertolongan dan belas kasih kepada sang Ilahi agar di berikan kesempatan untuk memperbaiki segala yang salah. Namun, apa daya tak ada pilihan sehingga hanya mampu menerima nya atas kuasa Allah.
Analisis
Puisi berjudul 'Setulus Kuasa mu' karya muh. Hasyim ini bertema keagamaan. Dalam puisi ini, penulis menggunakan majas, antara lain :
1) Majas Alegori, yakni majas yang digunakan untuk menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan. Contoh nya dalam kalimat : "Tuan dibawah kolom meranggak keluar"
2) Majas Hiperbola, yakni majas yang digunakan untuk melebih-lebih kan suatu makna. Terdapat dalam kalimat : "Kembali mohon sedetik buat betulkan kata"
Evaluasi
Puisi ini menggunakan kata-kata kiasan yang indah dan sangat sarat akan makna. Kalimat nya pun mudah dipahami oleh pembaca, walaupun ada beberapa kalimat yang tidak mudah di mengerti, contohnya pada kalimat : "Tuan didalam kolom meranggak keluar"
Ringkasan
Puisi yang berjudul 'Setulus Kuasa mu' karya Muh. Hasyim ini sangat bagus dan cocok dibaca oleh setiap muslim maupun non muslim yang percaya akan adanya hari pembalasan (hari kiamat). Puisi ini menggunakan kata-kata kiasan yang sangat sarat akan makna keagamaan. Meskipun ada beberapa kalimat yang tidak mudah dimengerti.
Nama : Anastasya Alya Alo
BalasHapusKelas : XI MIPA 1
Siswa SMA Negeri 1 Atambua.
Puisi 1 Tak Terasa
Karya : Muh.Hasyim
Diposting: 27 Mei 2020
Ulasan puisi Tak Terasa.
Orientasi :
Puisi Tak Terasa adalah salah satu puisi yang diciptakan oleh
Bapak Muh.Hasyim, beliau merupakan Guru Bahasa Indonesia Di SMA Negeri 1 Atambua. Puisi ini diperuntukan bagi kita semua yang merasakan betapa sulitnya kehidupan kita di tengah pandemi Corona ini.
Dimana kita tak hanya berdiam diri di rumah, tetapi harus berjuang memenuhi berbagai kebutuhan hidup di tengah pandemi ini.
Sinopsis :
Puisi Tak Terasa ini
Merupakan ungkapan atau pengakuan seorang hamba yang sudah tak berdaya dan memohon ampun kepada Tuhan.
Atas segala dosa yang ia perbuat lewat perkataan, tindakan dan perbuatan yang sungguh tidak berkenan di hadapan-Nya.
Dan memohon agar bencana Covid 19 ini bisa cepat berakhir
Dengan terus berdoa dan memohon ampun.
Analisis:
Puisi ini bertemakan penyesalan.
Dengan beberapa majas yaitu
1.Majas Metafora
Majas metafora adalah majas yang dikirim objek sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk permohonan.
Contoh pada puisi itu :
DERAI BASAHI LORONG HIDUNGKU.
2.Majas Paralelisme.
Gaya bahasa pada majas ini menggunakan kata yang diulang-ulang dalam berbagai resolusi yang berbeda. Jika pengulangannya dimulai dengan anafora. Bila pengulangannya di akhir, disebut dengan epifora.
Contoh : Mampukan, seluruh.
3.Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan sebagian tidak masuk akal.
Contoh : Jatuh Lemas dihadapan-Mu.
Evaluasi :
Bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah bahasa kiasan.
Dengan tujuan memperindah puisi dan membuat makna puisi lebih dipahami.
Puisi ini merupakan penyesalan seorang hamba terhadap semua dosa dosa yang ia perbuat.
Dan ia memohon ampun kepada Tuhan karena ia sudah tak berdaya.
Pada kalimat : jatuh lemas di hadapan-Mu.