GAYA BAHASA KRITIK DAN ESAI SASTRA
oleh
Muh Hasyim
Kaidah Kebahasaan Kritik dan Esai
Baiklah. Sebelum kita bahas tentang subjudul tersebut, kita melihat sedikit jawaban dari soal pada pertemuan minggu lalu!
- Esai, karena si penulis, Gunawan Muhammad, membuat sebuah karangan prosa yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulis.
SISTEMATIKA |
KUTIPAN TEKS |
PERNYATAAN PENDAPAT |
Di depan kita pentas yang berkecamuk. Juga satu suku kata yang meledak: ”Grrr”, ”Dor”, ”Blong”, ”Los”. Atau dua suku kata yang mengejutkan dan membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di depan kita: panggung Teater Mandiri. Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak mudah, seperti hampir semua grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah Indonesia yang sebenarnya penting sebagai bagian dari cerita pembangunan ”bangun” dalam arti jiwa yang tak lelap tertidur. Putu Wijaya, pendiri dan tiang utama teater ini, melihat peran pembangunan ini sebagai ”teror”— dengan cara yang sederhana. Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya pendekatan tersendiri kepada kata. |
ARGUMEN |
Pada Putu Wijaya, kata adalah benda. Kata adalah materi yang punya volume di sebuah ruang, sebuah kombinasi bunyi dan imaji, sesuatu yang fisik yang menggebrak persepsi kita. Ini terutama hadir dalam teaternya—yang membuat Teater Mandiri akan dikenang sebagai contoh terbaik teater sebagai peristiwa, di mana sosok dan benda yang tak berarti dihadirkan. Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin” dalam pengertian yang berbeda dengan rumusan Jerzy Grotowski. Saya ingat bagaimana pada tahun 1971, Putu Wijaya memulainya. Ia bekerja sebagai salah satu redaktur majalah Tempo, yang berkantor di sebuah gedung tua bertingkat dua dengan lantai yang goyang di Jalan Senen Raya 83, Jakarta. Dari sini memang kemudian berkembang gaya Putu Wijaya: sebuah teater yang dibangun dari dialektik antara ”peristiwa” dan ”cerita” Orang memang bisa ragu, apa sebenarnya yang dibangun (dan dibangunkan) oleh teater Putu Wijaya. Keraguan ini bisa dimengerti. Sartre pernah mengatakan, salah satu motif Sistematika dan Kebahasaan Kritik dan Esai_Bahasa Indonesia_XII KD 3.13 @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 21 menciptakan seni adalah ”memperkenalkan tata di mana ia semula tak ada, memasangkan kesatuan pikiran dalam keragaman hal-ihwal”. Pernah pula Sartre mengatakan, seraya meremehkan puisi, bahwa ”kata adalah aksi”. Prosa, menurut Sartre, ”terlibat” dalam pembebasan manusia karena memakai kata sebagai alat mengomunikasikan ide, sedangkan puisi tidak. Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa bahasa bukan alat yang siap. |
PENEGASAN ULANG |
Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari ”yang ada”. Dari sana kreativitas yang sejati bertolak. |
Selanjutnya kita membahas sedikit tentang subjudul di awal!
Kritik dan esai sastra merupakan turunan teks eksposisi, teks kritik dan esai secara umum juga memiliki kaidah kebahasaan yang hampir sama dengan teks eksposisi. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 208) berikut adalah kaidah kebahasaan kritik dan esai.
- Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif. Contoh dalam kritik: Mengapa terlalu buru-buru dalam mengungkap konfliknya? bukankah banyak pula novel sukses yang dibangun melalui narasi yang lambat? Dalam esai: Menjaga kesehatan itu tidaklah sulit, salah satu caranya hanya dengan rutin mencuci tangan saja.
- Banyak menyisipkan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung dan membuktikan kebenaran argumentasi penulisnya. Salah satu caranya bisa dengan mengutip pendapat ahli. Selain itu, bisa juga dengan mencantumkan data resmi dari penelitian terkait, misalnya kutipan data yang dihimpun WHO untuk situasi pandemi.
- Menggunakan ungkapan dan pernyataan yang mengomentari atau menilai. Contoh dalam kritik: Narasi antarperistiwa dirangkai dengan sangat apik oleh penulisnya. Contoh dalam esai: Tampaknya kebijakan tersebut memang berniat untuk mensejahterakan rakyat, hanya saja fakta lapangan berkata lain.
- Banyak menggunakan istilah teknis yang berkaitan dengan topik yang dibahasnya. Contohnya dalam kritik yang membahas novel, maka akan banyak menggunakan istilah: diksi, konflik, majas. Jika membahas kesehatan maka akan menggunakan istilah: virus, bakteri, COVID-19.
- Menggunakan kata kerja mental. Karena kritik dan esai sejatinya adalah teks eksposisi yang bersifat argumentatif. Contohnya: menegaskan, menentukan, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan.
Selain mengikuti kaidah kebahasaan teks eksposisi secara umum, teks esai juga memiliki karakter khas. Karakter khas yang dimaksud adalah gaya bahasa berupa pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisan unik berkaitan erat dengan penulis esai secara pribadi.
Itu sedikit kutipan yang perlu diperhatikan sebelum ke materi kali ini. Sebaiknya perhatikan terlebih dahulu yang berikut ini👎
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia
Pertemuan ke1313
Nama Sekolah :SMA Negeri 1 Atambua
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XII/Genap
Tahun Pelajaran : 2020/ 2021
Alokasi Waktu :2 JP x 10 minggu (20 x Pertemuan)
A. Kompetensi Dasar |
Menganalisis sistematika
dan kebahasaan kritik dan esai |
||||
Mengonstruksi sebuah kritik
atau esai dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan baik secara lisan
maupun tulis |
|||||
B. Tujuan Pembelajaran |
Siswa dapat Menyusun
kerangka kritik dan esai sastra |
||||
C.
Materi Pembelajaran |
gaya bahasa kritik dan esai sastra |
||||
D. MetodePembelajaran |
ceramah dan penugasan |
||||
Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan (15 13Menit) □
Guru
mengucapkan salam saat masuk kelas dan menanyakan keadaan peserta didik □
Guru dan Peserta didik berdoa bersama dan menyanyikan lagu wajib
Nasional □
Guru mengecek kehadiran siswadan memberi motivasi (yel-yel) □
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran tentang topik yang akan dibahas □
Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah pembelajaran serta memberikan apersepsi entang materi yang
akan dipelajari 2. Kegiatan Inti (60 Menganalisis sistematika dan
kebahasaan kritik dan esaiMenit) □
Literasi : Peserta
didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya
kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi tentanggaya bahasa kritk dan esai
sastra □
Berpikir
Kritis : Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. □
Kolaborasi
: Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling
bertukar informasi. □
Komunikasi : Peserta
didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu, mengemukakan
pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh
kelompok atau individu yang mempresentasikan. □
Kreatif : Guru
dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali
hal-hal yang belum dipahami. 3.Penutup (15 Menit) □ Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman
belajar □ Guru memberikan penilaian lisan secara acak dan singkat □ Guru memberikan penugasan kepada siswa yang berhubungan materi
yang telah disampaikan □ Guru menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya dan berdoa. |
|||||
E. Alat dan Sumber Belajar 1. Alat/bahan:Papantulis, Spidol, Laptop/computer, LCD Proyektor, Handphone 2. Sumber/media: □ BukuBahasa Indonesia Kelas XII Penerbit Intan Pariwara, Ika Setyaningsih dkk □
Internet http://gg.gg/bindosmansa |
|||||
F. PenilaianHasilBelajar
Z |
Mengetahui, KepalaSMA Negeri 1 Atambua, Drs.Marianus Antoni NIP.196203051994121001 |
Atambua, 10 Februari 2021 Tim Guru Mata Pelajaran Bindo, 1. Muh. Hasyim, S.Pd NIP. 196902071998021003 NIP. 196611231994032006 BAHAN AJAR GAYA BAHASA KRITIK DAN EAI SASTRAoleh Muh Hasyim KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 Menganalisis Kebahasaan Kritik Sastra dan Esai A. Tujuan PembelajaranSetelah kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian diharapkan dapat menganalisis kebahasaan kritik sastra dan esai dengan kritis dan semangat agar dapat merancang teks kritik sastra dan esai yang kreatif, inovatif, serta benar. B. Uraian MateriKalian pasti sudah mengerti kan sistematika teks kritik sastra dan esai? Teks kritik sastra dan esai bersisi sistematika pernyataan pendapat, argumentasi, penegasan ulang. Pada topik ini kita akan menganalisis kebahasaan teks kritik sastra dan esai yang sangat diperlukan untuk merancang teks kritik sastra dan esai. Berikut adalah uraian beberapa kaidah kebahasaan yang kita temukan dalam teks kritik sastra dan esai. 1. Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif. Contoh: a) Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yang berpretensi pada sejumlah horison harapan. Bukankah banyak pula novel kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun melalui narasi yang lambat? b) Rangkaian kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan yang lain sebagai alat untuk membangun peristiwa. Wujudlah rangkai peristiwa dalam kalimat-kalimat yang tidak menjalar jauh berkepanjangan ke sana ke mari, tetapi cukup dengan penghadiran dua sampai empat peristiwa berikut berbagai macam latarnya. 2. Menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung atau membuktikan kebenaran argumentasi penulis/penuturnya. Mungkin pula diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan-pernyataan pendukung lainnya yang bersifat menguatkan. 3. Menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari. Contoh : Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak begitu cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak menunjukkan dirinya sebagai ”eksperimental” yang sukses bukan lantaran faktor kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap peristiwa dan kemudian mengelindankannya menjadi struktur cerita. Di balik itu, tampak pula adanya semacam kekhawatiran untuk tidak melakukan kelalaian yang tidak perlu. 4. Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya. Topik contoh teks kritik adalah novel, dan istilah-istilah yang digunakan juga berkaitan dengan novel, misalnya narator, antologi, eksplorasi, eksperimen, mitos, biografi , dan alur. Topik pada teks esai adalah film, terutama film ”Batman”. Istilah-istilah film yang digunakan antara lain orisinalitas, trilog Nolan, planetary, remote control, alegori, dan candide. 5. Menggunakan kata kerja mental. Hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan sejumlah pendapat. Kata kerja yang dimaksud, antara lain, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan, menegaskan, dan menentukan. Contoh: a) Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen. b) Dengan hanya mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah (Halimunda). c) Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang mengingatkan kita pada style penulis Melayu Tionghoa. d) Tiap kali kita memang bisa mengidentifi kasinya dari sebuah topeng kelelawar yang itu-itu juga. e) Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tapi asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir. f) Yang ada adalah simulacrum–yang masing-masing justru menegaskan yang– beda dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap aktualisasi punya harkat yang singular, tak bisa dibandingkan. Teks kritik sastra dan esai juga memiliki karakter khas yaitu gaya bahasa berupa pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisannya merupakan hal yang berkaitan erat dengan penulis kritik sastra dan esai secara pribadi. Setiap penulis kritik sastra dan esai, memiliki gaya bahasa yang khas yang membedakannya dengan penulis kritik sastra dan esai yang lain. Sebagai contoh, esai yang ditulis Gunawan Muhammad pasti berbeda dengan gaya bahasa esai yang ditulis oleh A.S. Laksana, Bakdi Sumanto, dan Umar Kayam. Bahkan bagi penikmat esai, ketika membaca satu paragraf teks esai tanpa nama penulisnya, ia akan dapat menebak siapa penulisnya. C. RangkumanKita dapat menganalisis kebahasaan teks kritik sastra dan esai dengan cara memahami ciri kebahasaan teks kritik sastra dan esai. Ciri kebahasaan tersebut adalah penggunaan pernyataan-pernyataan persuasif, penggunaan pernyataan yang menyatakan fakta, penggunaan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari, penggunaan istilah teknis yang berkaitan dengan topik yang dibahasnya, dan penggunaan kata kerja mental. D. Latihan SoalMenimbang Ayat-Ayat Cinta (1) Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan antarmanusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya terdapat ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan dalam pengungkapan karya sastra. (2) Begitu pula yang ingin disampaikan oleh Habiburrachman El Shirazy dalam novelnya yang berjudul Ayat-ayat Cinta. Novel yang kemudian menjadi fenomena tersendiri dalam perjalanan karya sastra Indonesia, terutama yang beraliran islami, karena penjualannya mampu mengalahkan buku-buku yang digandrungi, seperti Harry Potter ini mengusung tema cinta islami yang dihiasi dengan konflik-konflik yang disusun dengan apik oleh penulisnya. (3) Novel ini mengisahkan perjalanan cinta antara 2 anak manusia, Fahri sebagai pelajar Indonesia yang belajar di Mesir, dan Aisha, seorang gadis Turki. Meskipun mengusung tema cinta tidak lantas membuat novel ini membahas cinta erotis antara laki-laki dan wanita. Banyak cinta lain yang masih bisa digambarkan, seperti cinta pada sahabat, kekasih hidup, dan tentu saja pada cinta sejati, Allah Swt. Perjalanan cinta yang tidak biasa digambarkan oleh Habiburrachman. (4) Nilai dan budaya Islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan, hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah. Ya, katakan saja paragraf yang sarat dengan amanah. Namun, dengan bentuk yang seperti itu tidak kemudian membuat novel ini menjadi membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui tentang Islam. Latar yang Dilukis Sempurna (5) Hal lain yang pantas untuk diunggulkan dalam novel ini adalah kemampuan Habiburrachman untuk melukiskan latar dari tiap peristiwa, baik itu tempat kejadian, waktu, maupun suasananya. Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel tersebut ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung sehingga seakanakan mengajak pembaca untuk berwisata dan menikmati suasana Mesir di Timur Tengah lewat karya tulisannya. (6) Bukan hal yang aneh kemudian ketika memang ’Kang Abik’, begitu penulis sering dipanggil, mampu untuk menggambarkan latar yang bisa dikatakan sempurna itu. Ia memang beberapa tahun hidup di Mesir karena tuntutan belajar. Akan tetapi, tidak menjadi mudah juga untuk mengungkapkan setiap tempat yang dijadikan latar. Bahkan oleh orang Mesir sendiri memang tidak memiliki sarana bahasa yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan. (7) Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik. Meskipun banyak menggunakan alur maju, cerita berjalan tidak monoton. Banyak peristiwa yang tidak terduga menjadi kejutan. Konfl ik yang dibangun juga membuat novel ini layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra islami setelah merebaknya novel-novel teenlit. Banyak kejutan, banyak inspirasi yang kemudian bisa hadir dalam benak pembaca. Bahkan bisa menjadi semacam media perenungan atas berbagai masalah kehidupan. Karakter Tokoh yang Terlalu Sempurna (8) Satu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam novel ini adalah karakter tokoh, yaitu Fahri yang digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut. Maksud penulis di sini, mungkin ia ingin menggambarkan sosok manusia yang benarbenar mencitrakan Islam dengan segala kebaikan dan kelembutan hatinya. Hal yang menjadi janggal jika sosok yang digambarkan begitu sempurna sehingga sulit atau bahkan tidak ditemukan kesalahan sedikit pun padanya. (9) Jika dibandingkan dengan karya sastra lama milik Tulis Sutan Sati, mungkin akan ditemukan kesamaan dengan karakter tokoh Midun dalam Roman Sengsara Membawa Nikmat yang berpasangan dengan Halimah sebagai tokoh wanitanya. Dalam roman tersebut, Midun juga digambarkan sebagai sosok pemuda yang sempurna dengan segala bentuk fi sik dan kebaikan hatinya. Hanya saja, di sini penggambarannya tidak menggunakan bahasa-bahasa yang langsung menunjukkan kesempurnaan tersebut sehingga tidak terlalu kentara. Ini di luar bahasa karya sastra lama yang cenderung suka melebih-lebihkan (hiperbola). Perbedaan yang lain adalah tidak banyak digunakannya istilah-istilah islami dalam roman tersebut daripada novel Ayat-ayat Cinta. (10)Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya, adakah sosok yang memang bisa sesempurna tokoh Fahri tersebut. Meskipun penggambaran karakter tokoh diserahkan sepenuhnya pada diri penulis, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh yang dimunculkan tetap memiliki keseimbangan. Dalam arti, jika tokoh yang dimunculkan memang berkarakter baik, maka paling tidak ada sisi lain yang dimunculkan. Akan tetapi, tentu saja dengan porsi yang lebih kecil atau bisa diminimalisasikan. Jangan sampai karakter ini dihilangkan karena pada kenyataannya tidak ada sosok yang sempurna, selain Rasulullah. Sumber:http://esaisastrakita.blogspot.com/2013/05/esai-kritik-prosa-aninda-lestia-anjani.html (Dengan penyesuaian) E. Soal1. Bacalah teks “Menimbang Ayat-ayat Cinta” di atas dengan saksama! Kemudian, analisislah kaidah kebahasaannya dengan menggunakan tabel berikut ini!
2. Carilah buku novel/buku kumpulan cerpen/buku kumpulan puisi di perpustakaan atau di rak buku kalian, kemudian buatlah sebuah teks kritik sastra dari buku tersebut dengan memperhatikan langkah-langkah berikut ini a. Datalah identitas karya (novel/kumpulan cerpen/kumpulan puisi) tersebut! b. Buatlah deskripsi (sinopsis) singkat karya tersebut! c. Datalah kelebihan dan kelemahan karya tersebut! d. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang telah kamu data, buatlah teks kritik sastra sederhana minimal 200 kata dengan sistematika teks kritik sastra yang sudah dipelajari! … … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … 3. Buatlah sebuah teks esai dengan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini! a. Amatilah fenomena yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu, dari koran, majalah, televisi, atau internet tentang masalah yang sedang aktual! b. Tentukanlah satu bagian saja dari fenomena tersebut yang menarik perhatianmu! Pastikan kamu memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang hal tersebut. c. Buatlah pernyataan pribadimu terhadap hal yang kamu pilih tersebut! d. Siapkan argumen untuk mendukung pernyataan pribadimu! e. Tulislah sebuah esai berdasarkan hal yang kamu pilih dan argumentasi yang sudah kamu siapkan. Gunakanlah gaya bahasamu yang berbeda dengan gaya bahasa orang lain. Jangan terpengaruh dengan gaya bahasa orang lain! … … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … … …… … … … …… … … Kerjakanlah di kolom komentar!Jangan lupa identitasnya ditulis lengkap! |