Senin, 19 April 2021

JAWAB SOAL KRITIK SASTRA

 

SOAL BAHASA INDONESIA (ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM)

oleh
MUH. HASYIM


A. Menemukan Informasi

B. Memahami

C. Mengevaluasi dan merefleksi

Bacalah teks Kritik Sastra berikut ini lalu jawab soal di akhir teks!   

Capaian Eksperimen Novel Lelaki Harimau 


Maman Mahayana 

    1. Setelah sukses dengan Cantik itu Luka (Yogyakarta: AKY, 2002; Jakarta Gramedia, 2004) yang memancing berbagai tanggapan, kini Eka Kurniawan menghadirkan kembali karyanya, Lelaki Harimau (Gramedia, 2004; 192 halaman). Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen. Berbeda dengan Cantik itu Luka yang mengandalkan kekuatan narasi yang seperti lepas kendali dan deras menerjang apa saja, Lelaki Harimau memperlihatkan penguasaan diri narator yang dingin terkendali, penuh pertimbangan, dan kehati-hatian. 
    2. Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi– setiap kata dan kalimat tampak begitu cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak menunjukkan dirinya sebagai ”eksperimental” yang sukses bukan lantaran faktor kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap peristiwa dan kemudian mengelindankannya menjadi struktur cerita. Di balik itu, tampak pula adanya semacam kekhawatiran untuk tidak melakukan kelalaian yang tidak perlu. Di sinilah Lelaki Harimau menunjukkan jati dirinya sebagai sebuah novel yang tidak sekadar mengandalkan kemampuan bercerita, tetapi juga semangat eksploratif yang mungkin dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sarana komunikasi kesastraan. Ia lalu menyelusupkannya ke dalam segenap unsur intrinsik novel bersangkutan. Mencermati perkembangan kepengarangan Eka Kurniawan, kekuatan narasi itu sesungguhnya sudah tampak dalam Coret-Coret di Toilet (Yogyakarta: Yayasan Aksara Indonesia, 2000), sebuah antologi cerpen yang mengusung berbagai tema. Dalam antologi itu, Eka terkesan bercerita lepas-ringan, meski di dalamnya banyak kisah tentang konteks sosial zamannya. Di sana, ia tampak masih mencari bentuk. Belakangan, cerpennya ”Bau Busuk” (Jurnal Cerpen, No. 1, 2002) cukup mengagetkan dengan eksperimennya. Dengan hanya mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah (Halimunda). Di negeri itu, mayat tak beda dengan sampah. Pembantaian bisa jadi berita penting, bisa juga tak penting, sebab esok akan diganti berita lain atau hilang begitu saja, seperti yang terjadi di negeri ini. 
    3. Meski narasi yang meminimalisasi kalimat itu, sebelumnya pernah dilakukan Mangunwijaya dalam Durga Umayi (Jakarta: Grafi ti, 1991) yang hanya menggunakan 280 kalimat untuk novel setebal 185 halaman, Eka dalam Lelaki Harimau seperti menemukan caranya sendiri yang lebih cair. Di sana, ada semacam kompromi antara semangat eksperimen dengan hasratnya untuk tidak terlalu memberi beban berat bagi pembaca. Maka, Rangkaian kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan yang lain sebagai alat untuk membangun peristiwa. Wujudlah rangkaian peristiwa dalam kalimatkalimat yang tidak menjalar jauh berkepanjangan ke sana ke mari, tetapi cukup dengan penghadiran dua sampai empat peristiwa berikut berbagai macam latarnya. 
    4. Cara ini ternyata cukup efektif. Lelaki Harimau, di satu pihak berhasil membangun setiap peristiwa melalui rangkaian kalimat yang juga sudah berperistiwa, dan di lain pihak, ia tak kehilangan pesona narasinya yang mengalir dan berkelak-kelok. Dengan begitu, kalimat-kalimat itu sendiri sesungguhnya sudah dapat berdiri sebagai peristiwa. Cermati saja sebagian besar rangkaian kalimat dalam novel itu. Di sana –sejak awal –kita akan menjumpai lebih dari dua–tiga peristiwa yang seperti sengaja dihadirkan untuk membangun suasana peristiwa itu sendiri. 
    5. Tentu saja, cara ini bukan tanpa risiko. Rangkaian peristiwa yang membangun alur cerita, jadinya terasa agak lambat. Ia juga boleh jadi akan mendatangkan masalah bagi pembaca yang tak biasa menikmati kalimat panjang. Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yang berpretensi pada sejumlah horison harapan. Bukankah banyak pula novel kanon yang peristiwaperistiwa awalnya dibangun melalui narasi yang lambat? Jadi, apa yang dilakukan Eka sesungguhnya sudah sangat lazim dilakukan para novelis besar. 
    6. Secara tematik, Lelaki Harimau tidaklah mengusung tema besar, pemikiran filsafat, atau fakta historis. Ia berkisah tentang kehidupan masyarakat di sebuah desa kecil. Dalam komunitas itu, hubungan antarsesama, interaksi antarwarga, bisa begitu akrab, bahkan sangat akrab. 
    7. Perhatikan kalimat pertama yang mengawali kisahan novel ini. ”Senja ketika Margio membunuh Anwar Sadat, Kyai Jahro tengah masyuk dengan ikan-ikan di kolamnya, ditemani aroma asin yang terbang di antara batang kelapa, dan bunyi falseto laut, dan badai jinak merangkak di antara ganggang, dadap, dan semak lantana.” (hlm. 1). Peristiwa apa yang melatarbelakangi pembunuhan itu dan bagaimana duduk perkaranya? Jawabannya terungkap justru pada  bagian akhir novel ini. Jadi, peristiwa di bagian awal, sebenarnya kelanjutan dari peristiwa yang terjadi di bagian akhir saat Margio meminta Anwar Sadat untuk mengawini ibunya (hlm. 192). 
    8. Itulah salah satu keunikan novel ini. Eka melanjutkan kalimat pertama itu tidak pada peristiwa pembunuhan yang dilakukan Margio, tetapi pada diri tokoh Kyai Jahro. Mulailah ia berkisah tentang kyai itu. Lalu, dari sana muncul pula tokoh Mayor Sadrah. Ia pun bercerita tentang tokoh itu. Begitulah, pencerita seperti sengaja tidak membiarkan dirinya berdiri terpaku pada satu titik. Ia menyoroti satu tokoh dan kemudian secara perlahan beralih ke tokoh lain. Di antara rangkaian peristiwa yang dibangun dan dihidupkan oleh setiap tokohnya, menyelusup pula mitos tentang manusia harimau, potret bersahaja masyarakat pinggiran, dan keakraban kehidupan mereka. Sebuah pesona yang disampaikan lewat narasi yang rancak yang seperti menyihir pembaca untuk terus mengikuti kelak-kelok peristiwa yang dihadirkannya. 
    9. Dalam hal itu, kedudukan pencerita seperti sebuah kamera yang terus bergerak merayap dari satu tokoh ke tokoh lain, dari satu peristiwa ke peristiwa lain. Akibatnya, peristiwa yang dihadirkan di awal: Senja ketika Margio membunuh Anwar Sadat, … seperti timbul-tenggelam mengikuti pergerakan tokoh-tokohnya. Seperti seseorang yang masuk sebuah lorong berbentuk spiral. Ia terus menggelinding perlahan mengikuti ke mana pun arah lorong itu menuju. Ketika muncul di permukaan, ia sadar bahwa ternyata ia masih berada di tempat semula; di seputar ketika ia mulai masuk lorong itu. 
    10. Dalam konteks perjalanan novel Indonesia, pola alur seperti itu pernah digunakan Achdiat Karta Mihardja dalam Atheis (1949), meski dihadirkan untuk membingkai biografi tokoh Hasan. Putu Wijaya dalam Stasiun membangunnya untuk mengeksplorasi pikiran-pikiran si tokoh. Akan tetapi, dalam Dag-Dig-Dug, Putu Wijaya menggunakannya agak lain. Akhir cerita yang seperti mengulangi kembali peristiwa awal, dirangkaikan lewat dialogdialog antartokoh mengingat karya itu berupa naskah drama. Iwan Simatupang dalam Kering dan Koong, menutup peristiwa akhir dengan mengembalikan kesadaran si tokoh sebagai akibat yang terjadi pada peristiwa awal. Tampak di sini, bahwa pola spiral sesungguhnya bukanlah hal yang baru sama sekali. 
    11. Meskipun begitu, Lelaki Harimau, dilihat dari sudut itu, tetap saja menghadirkan kekhasannya sendiri. Selain pola alur yang demikian, Eka menggunakan kalimat-kalimat itu sebagai pintu masuk menghadirkan rangkaian peristiwa. Dengan demikian kalimat tidak hanya bertindak sebagai fondasi bagi pencerita untuk membangun peristiwa, juga sebagai pilar penyangga bagi peralihan peristiwa satu ke peristiwa lain melalui pergantian fokus cerita (focus of narration) dari tokoh yang satu ke tokoh yang lain. Dalam hal ini, Lelaki Harimau telah menunjukkan keunikannya sendiri. 
    12. Hal lain yang juga ditampilkan Eka dalam novel ini menyangkut cara bertuturnya yang agak janggal, tetapi benar secara semantis. Ia banyak menghadirkan metafora yang terasa agak aneh, tetapi tidak menyalahi makna semantisnya. Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang mengingatkan kita pada style penulis Melayu Tionghoa. Di bagian lain, berhamburan pula analogi atau idiom yang tidak lazim, tetapi justru terasa segar sebagai sebuah usaha melakukan eksplorasi bahasa. Dalam hal ini, bahasa Indonesia dalam novel ini jadi terasa sangat kaya dengan ungkapan, idiom, metafora, dan analogi.
    13. Dalam beberapa hal, Lelaki Harimau harus diakui, berhasil memperlihatkan sejumlah capaian. Ia menjelma tidak sekadar mengandalkan imajinasi, tetapi juga bertumpu lewat proses berpikir dan tindak eksploratif kalimat dengan berbagai kemungkinannya. Peristiwa perselingkuhan Nuraeni-Anwar Sadat pun, terasa sebagai kisah yang eksotis (hlm. 133-142); prosesi penguburan Komar bin Syueb, ayah Margio (hlm. 168-171), menjadi kisah yang di sana-sini menghadirkan kelucuan. Eka seperti sengaja memporakporandakan struktur kalimat yang klise, dan sekaligus menyodorkan pola yang terasa lebih segar, agak janggal dan terkadang lucu. Lelaki Harimau, tak pelak lagi, tampil sebagai novel dengan kategori: cerdas! 
                                                                                                                                                         SOAL                                                                                                                                        1.  Menurutmu teks kritik sastra berjudul  Capaian Eksperimen Novel Lelaki Harimau siapa penulisnya? 

Rabu, 17 Februari 2021

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XII SEMESTER 2 RPP SATU LEMBAR


 

KEBAHASAAN (KONJUNGSI) KRITIK DAN ESAI

oleh

Muh Hasyim

Pertemuan minggu lalu telah dibahas tentang kebahasaan dalam menulis kritik dan esai sastra. Diantaranya

  1. Banyak menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif. Misalnya : Bahkan, hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah. Ya, katakan saja paragraf yang sarat dengan amanah. Namun, dengan bentuk yang seperti itu tidak kemudian membuat novel ini menjadi membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui tentang Islam.
  2. Penggunaan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari. Misalnya : Satu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam novel ini adalah karakter tokoh, yaitu Fahri yang digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut. Maksud penulis di sini, mungkin ia ingin menggambarkan sosok manusia yang benar-benar mencitrakan Islam dengan segala kebaikan dan kelembutan hatinya. Hal yang menjadi janggal jika sosok yang digambarkan begitu sempurna sehingga sulit atau bahkan tidak ditemukan kesalahan sedikit pun padanya.
  3. Penggunaan istilah teknis. Misalnya : Konflik, Latar, Alur, Monoton, Media, Karakter, Sosok, Hiperbola, Roman.
  4. Penggunaan kata kerja mental. Misalanya :  Merasakan, Memiliki, Membosankan, Mengungkapkan, Menyadarkan, Mendukung, Mengajak.

Selain itu, kalian juga telah diminta untuk menuliskan jawaban atas beberapa pertanyaan:

  • Carilah buku novel/buku kumpulan cerpen/buku kumpulan puisi di perpustakaan atau di rak buku kalian, kemudian buatlah sebuah teks kritik sastra dari buku tersebut dengan memperhatikan langkah-langkah berikut ini: 
    • Datalah identitas karya (novel/kumpulan cerpen/kumpulan puisi) tersebut! 
    • Buatlah deskripsi (sinopsis) singkat karya tersebut! 
    • Datalah kelebihan dan kelemahan karya tersebut! 
    • Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang telah kamu data, buatlah teks kritik sastra sederhana minimal 200 kata dengan sistematika teks kritik sastra yang sudah dipelajari! 
  • Buatlah sebuah teks esai dengan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini! 
    • Amatilah fenomena yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu, dari koran, majalah, televisi, atau internet tentang masalah yang sedang aktual! 
    • Tentukanlah satu bagian saja dari fenomena tersebut yang menarik perhatianmu! Pastikan kamu memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang hal tersebut. 
    • Buatlah pernyataan pribadimu terhadap hal yang kamu pilih tersebut! 
    • Siapkan argumen untuk mendukung pernyataan pribadimu! 
    • Tulislah sebuah esai berdasarkan hal yang kamu pilih dan argumentasi yang sudah kamu siapkan. Gunakanlah gaya bahasamu yang berbeda dengan gaya bahasa orang lain. Jangan terpengaruh dengan gaya bahasa orang lain!
Jawaban telah kalian menuliskan di ruang komentar. Dari 6 kelas yang bpk bimbing sejumlah 185 yang menuliskan komentar di link. Ini artinya tidak semua peserta didik aktif mengambil bagian dalam pembelajaran online atau PJJ. Apabila dikalkulasi 36 x 6 = 216 - 185 = 31 orang tidak aktif.
Itu sedikit informasi untuk diketahui, selanjutnya kita perhatikan apa yang harus kita lakukan pada pertemuan ini dalam RPP berikut ini!

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia

Pertemuan ke1414

Nama Sekolah                 :SMA Negeri 1 Atambua

Mata Pelajaran              : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester              : XII/Genap

Tahun Pelajaran            : 2020/ 2021

Alokasi Waktu                :2 JP x 10 minggu (20 x Pertemuan)

 

A.      Kompetensi Dasar

Menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan esai

Mengonstruksi sebuah kritik atau esai dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan baik secara lisan maupun tulis

B.      Tujuan  Pembelajaran

Siswa dapat Menulis kritik sastra sesuai kerangka tersedia

C.      Materi Pembelajaran

kebahasaan (konjungsi) kritik dan esai sastra

D.      MetodePembelajaran

penugasan

Kegiatan Pembelajaran

1.   Pendahuluan (15 14Menit)

   Guru mengucapkan salam saat masuk kelas dan menanyakan keadaan peserta didik

   Guru dan Peserta didik berdoa bersama dan menyanyikan lagu wajib Nasional

   Guru mengecek kehadiran siswadan memberi motivasi (yel-yel)

   Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran tentang topik yang akan dibahas

   Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah pembelajaran serta memberikan apersepsi entang materi yang akan dipelajari

2.   Kegiatan Inti (60 Menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan esaiMenit)

   Literasi : Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi tentangkonjungsi

   Berpikir Kritis : Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.

   Kolaborasi : Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi.

   Komunikasi : Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan.

   Kreatif : Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami.

3.Penutup (15 Menit)

   Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar

   Guru memberikan penilaian lisan secara acak dan singkat

   Guru memberikan penugasan kepada siswa yang berhubungan materi yang telah disampaikan

   Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan berdoa.

E.      Alat dan Sumber Belajar

1.       Alat/bahan:Papantulis, Spidol, Laptop/computer, LCD Proyektor, Handphone

2.       Sumber/media:

   BukuBahasa Indonesia  Kelas XII Penerbit Intan Pariwara, Ika Setyaningsih dkk

   Internet http://gg.gg/bindosmansa

F.       PenilaianHasilBelajar

InstrumenPenilaian

Teknik Penilaian

   Sikap :Lembar pengamatan/observasi

   Pengetahuan :Tes tertulis, tes lisan, observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan serta penugasan

   Keterampilan :Penilaian unjuk kerja, proyek, produk dan portofolio

­­­

Z

Mengetahui,

KepalaSMA Negeri 1 Atambua,

 

   

Drs.Marianus Antoni

NIP.196203051994121001

Atambua, 18 Februari 2021

        Tim Guru Mata Pelajaran Bindo,

 

 1.        Muh. Hasyim, S.Pd

                                                                                                                      NIP. 196902071998021003

 

 

 

 

 

 2.        Dra. Rita Utami

NIP. 196611231994032006





BAHAN AJAR
oleh
Muh Hasyim


 Konjungsi 

Konjungsi  merupakan kata hubung. Kali ini kita mencoba membahas sedikit tentang konjungsi temporal. Nah, kalau temporal sendiri jika dilihat dari KBBI, temporal merupakan hal yang berhubungan dengan waktu. Sampai di sini kita pahami bahwa pengertian konjungsi temporal ialah kata hubung yang berkenaan dengan waktu, baik dalam kalimat atau antarkalimat itu sendiri. Konjungsi temporal sendiri terbagi menjadi 2 jenis yakni konjungsi temporal sederajat dan konjungsi temporal tidak sederajat. Supaya lebih memahami kedua jenis perbedaan konjungsi temporal tersebut. Berikut penjelasannya. Konjungsi temporaL sederajat bersifat setara. Artinya, konjungsi ini ditempatkan pada tengah kalimat. Dengan kata lain, konjungsi menjadi penghubung di kalimat majemuk setara. Perlu diketahui pula bahwa konjungsi temporal sederajat ini tidak bisa diletakkan di awal atau akhir kalimat. Misalnya 
  • kemudian
  • lalu
  • selanjutnya 
  • setelahnya
  • sebelumnya.
Contoh dalam kalimat: 
  1. Setelah minyak sudah panas, kemudian masukkan bumbu yang sudah ditumbuk halus.
  2. Hani kehilangan tasnya, lalu ia segera melaporkan kejadian itu kepada polisi. 
  3. Kondisi tubuhnya sudah membaik, selanjutnya ia akan dipindah ke ruang perawatan umum.
  4. Ratu mengikuti kegiatan paskribra siang ini, setelahnya ia berlatih pencak silat bersama teman-temannya..
  5. Perutnya masih saja terasa sakit, padahal sebelumnya ia sudah berobat ke dokter minggu lalu.
 Sedangkan konjungsi temporal tidak sederajat dapat menghubungkan beberapa kalimat (majemuk bertingkat dan/atau majemuk setara). Jenis konjungsi ini pun bisa diletakkan di awal dan di tengah.
 Misalnya:
  • ketika
  • sementara
  • apabila
  • saat
  • sejak
Contoh dalam kalimat:
  1. Ayah berangkat bekerja, ketika adik sedang tertidur.
  2. Sementara air direbus, siapkan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan penyedap.
  3. Apabila hari mulai gelap, lampu di jalan itu mulai dinyalakan
  4. Adik terbangun dari tidurnya, saat mendengar suara ayah memanggil namanya.
  5. Sejak kemarin, kota itu diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Selengkapnya dapat dipelajari di sini👉 1. blog.ruangguru.com/konjungsi-temporal 2. https://fotokita.grid.id/read/112345988/inilah-jenis-jenis-konjungsi-dan-contohnya-dalam-kalimat-bahasa-indonesia-yuk-kita-cari-tahu?page=all 3. https://blog.ruangguru.com/pengertian-dan-jenis-jenis-konjungsi-antarkalimat
Selanjutnya disihkan untuk menjawab pertanyaan berikut!
  1. Coba periksa kembali jawaban kalian pada pertemuan minggu lalu untuk diidentifikasikan konjungsi apa saja yang telah kalian gunakan saat menyambung kalimat dalam paragraf.
  2. Tuliskan tanggapan kalian terhadap penggunaan konjungsi dalam teks yang kalian buat tersebut!
  3. Lakukanlah penilaian diri kalian secara jujur pada daftar pertanyaan berikut ini!👎 apabila paham ceklis ya, jika tidak atau kurang paham ceklist tidak.

No

Pertanyaan

Ya

Tidak

1

Apakah kalian telah memahami unsur kebahasaan teks kritik sastra dan esai?

 

 

2

Apakah kalian telah memahami penggunaan pernyataanpernyataan persuasif yang terdapat dalam teks kritik sastra dan esai?

 

 

3

Apakah kalian telah memahami penggunaan pernyataan yang menyatakan fakta yang terdapat dalam teks kritik sastra dan esai?

 

 

4

Apakah kalian telah memahami penggunaan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari yang terdapat dalam teks kritik sastra dan esai?

 

 

5

Apakah kalian telah memahami penggunaan istilah teknis yang berkaitan dengan topik pembahasannya yang terdapat dalam teks kritik sastra dan esai?

 

 

6

Apakah kalian telah memahami penggunaan kata kerja mental yang terdapat dalam teks kritik sastra dan esai?

 

 



Kejujuran adalah salah satu karakter yang dituntut pada abab ke-21

Pelajaran Bahasa Indonesia Bab 3

5 Keistimewaan Umat Muslim

  5 Keistimewaan Umat Muslim oleh Muh. Hasyim Pada hakikatnya Allah swt menguji keimanan itu sendiri kepada setiap orang muslim agar mereka ...